Rain Mistakes [Twoshoot/Part1]

Image

Presented by :

Hwang Ahra

Main Cast : Im Yoona and the others you can find it from read the story :p

Genre : Romance, Angst, Friendship, etc

 Length : Twoshoot || Rating : PG+16 || Disclaimer : pure my experience and my imagination

Notes :

Halo, ketemu lagi sama ff abalku hehe^^ kali ini aku buat ff twoshoot. Sebenernya ff ini terinspirasi dari pengalaman aku sendiri sih (?) *readers : gananya* tapi… yah, ga sepenuhnya pengalaman pribadi hehe *apaansih-_-* well, buat poster di atas, itu hasil karya pertama aku._. duuh, jelek banget ya? maklum lah, aku bukan artworker aku hanya seorang author ff aja hehehe. Oke deh, tanpa berbasa basi lagi.. Happy Reading^^

NO BASH, SIDERS AND PLAGIATOR!

Copyrighted ©hwangahra 2013 All Right Reserved

***

All Yoona’s Side

Aku benci hujan! Sungguh, aku membenci hujan!

Bagaimana bisa orang-orang terlihat begitu senang ketika milyaran butiran air itu turun dari langit? Bukankah jika mereka tak membawa payung mereka semua akan kebasahan dan sakit?

Lihat, bahkan hari masih sepagi ini saja sudah membuat aku dan beberapa temanku yang baru saja datang mengantuk. Hujan itu sungguh menyebalkan. Aku benar eoh?

“Yoona-ya,” Aku menengok ketika Yuri –sahabat baikku— menepuk pelan bahuku.

Wae?” tanyaku malas seraya meregangkan otot-otot lenganku di atas meja kelas.

Aigo Yoong… kau ini, masih pagi saja sudah malas. Bagaimana mau mendapatkan pacar? Hm?” Yuri segera menarik kursi, dan duduk tepat di sebelahku.

Aku hanya bisa merotasikan bola mataku, apa hubungannya malas dengan mendapatkan pacar? “Tak ada satupun namja yang menarik di sekolah ini.”

Yuri membulatkan matanya, “Mwo? Apa kau bilang?”

Aku mengernyit heran menatap Yuri, apa ada yang salah dengan ucapanku barusan?

“Ayolah Yoong, jangan berbohong kepadaku. Belajarlah melupakan cinta pertamamu itu”

Aku mengangkat sudut bibirku. Dalam hati aku membenarkan perkataan Yuri, hm, memang benar aku belum sepenuhnya melupakan cinta pertamaku.

“Biar kuberitahu siapa saja namja populer di sekolah kita. Hm.. mulai dari.. ah! Choi Junhong si kapten basket itu?

Ah, Choi Junhong. Dia memang tampan, tapi aku tak pernah tertarik padanya, “Hm, kurasa aku tidak menyukainya”

“Atau si Kim Myungsoo sang foto model itu? Dia sungguh menawan bukan?”

Aku menggeleng sekilas.

“Ah, atau, atau Jung Daehyun si vocalis band—Hmmpppp!” Tangan kananku kini sukses membekap mulut bawel milik Yuri.

“Yuri-ya, dengar. Jika seharian ini kau bisa menutup mulutmu itu. Maka aku akan membantumu mendekati Tao, eotthe?”

Tanpa berniat melepaskan tanganku dari hadapan mulut Yuri, yeoja itu akhirnya hanya bisa mengangguk-anggukkan kepalanya.

“Bagus. Hari ini aku akan tidur sepuasnya.” Ucapku seraya melepaskan tanganku, kemudian tersenyum manis ke arah Yuri yang terlihat tengah menghirup nafasnya dalam-dalam.

***

“Yoong.. hei.. bangunlah”, Aku mencoba membuka mataku, ketika suara Yuri terdengar tepat ditelingaku,

Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul, aku berkata, “Sudah kubilangkan.. jang—Hmmpp..” Kali ini tangan Yuri yang sukses membekap mulutku, huh, ingin balas dendam rupanya?

“Ssstt.. kau ini. Daritadi kerjanya hanya tidur saja, ketika ku bangunkan, malah marah-marah. Tidak udah sekolah saja sekalian” bisik Yuri dengan intonasi penuh penekanan pada kalimat terakhirnya.

Hmm.. benar juga. Untuk apa aku ke sekolah kalau kegiatanku hanya tidur saja selama pelajaran berlangsung? Well, salahkan saja tempat dudukku yang begitu strategis ini –tepat di pojok belakang kelas tentunya— ah, dan jangan lupa salahkan hujan! Karena berkat hujan lah, aku menjadi mengantuk.

Dengan perlahan, aku meraih tangan Yuri yang membekap mulutku, lalu melepaskannya.

“Kalau tak ada sesuatu yang penting, jangan bangunkan aku. Arra?” ucapku seraya mulai mengambil posisi untuk tertidur kembali.

“Yoong, ini penting! Kau harus lihat murid baru di kelas kita. Dia sangat tampan!” bisik Yuri.

“Murid baru? Tampan? Di kelas kita? Kenapa aku baru mendengarnya?”

Yuri merotasikan bola matanya, “Apakah kau perlu menanyakan hal itu lagi Im Yoona?”

Aku hanya bisa memaksakan seulas senyum kaku ketika menyadari bahwa sedari tadi pagi, aku sudah tertidur pulas, dan baru terbangun saat ini. Tepat ketika jam ke 4 akan berakhir.

“Ah itu dia, duduk di barisan paling depan. Kau melihatnya tidak?”

Aku mencoba memicingkan mataku ke arah depan, namun sayang, mataku tidak fokus karena aku baru saja terbangun.

Ne, lalu?” ucapku sekenanya.

“Dia tampan sekali bukan?” Yuri tersenyum-senyum sendiri.

“Ingat Tao-mu Yuri-ya.. Oh, atau jangan-jangan Tao sudah tergantikan oleh namja itu?” aku terkekeh pelan.

“Ya! Namja yang kusukai hanya Tao. Lagipula, nama dia bukan ‘namja itu’ nama dia ad—”

“Ya, ya, ya. Terserah kau saja” potongku cepat. Dan itu membuat Yuri mengerucutkan bibirnya, sedangkan aku hanya bisa kembali terkekeh pelan melihat tingkah sahabatku itu.

***

Kenapa seharian ini harus turun hujan? Menyebalkan memang. Bahkan sampai pulang sekolah pun, hujan tak pernah reda.

Yah, untungnya karena aku membenci hujan. Aku selalu membawa payung kemana-mana, repot sekali bukan jika tiba-tiba turun hujan –yang kubenci— dan aku sama sekali tak membawa payung?

Baru saja aku akan mengeluarkan payung lipat motif kelinci kesayanganku, namun sebuah tepukan dari belakang berhasil membuat aku menoleh.

“Yuri-ya? Kau belum pulang?”

Yuri terlihat menghela nafas panjang, lalu menggeleng pelan. Tumben sekali sahabatku ini tidak berisik seperti biasanya. Hm, aku rasa ini pasti berhubungan dengan…

Wae? Ada masalah dengan Tao-mu? Hm?” tanyaku

Mata Yuri terlihat berkaca-kaca, “Hiks… kenapa kau selalu tahu isi hatiku Yoong? Hiks…” Yuri mulai terisak.

Aku pun jadi tak tega jika melihatnya menangis. Yah, meskipun dia terkadang menyebalkan, tapi tetap saja dia adalah sahabatku yang paling berharga. Segera saja ku ulurkan tanganku ke arah Yuri kemudian aku memeluknya erat. Namun tak ku sangka, tangisnya malah semakin pecah.

“Memangnya apa yang sedang terjadi denganmu dan Tao?” tanyaku ketika Yuri sudah mulai mereda dari tangisnya.

“Tao.. dia.. tak mau aku ajak pulang bersama” ucap Yuri

Aku memandang keluar pintu koridor sekolah, masih hujan. “Kurasa, bukannya ia tak mau pulang bersamamu, tapi mungkin dia tidak mau karena diluar masih turun hujan”

Yuri segera mendongakkan wajahnya yang sedari tadi tertunduk, “Ah kau benar Yoong! Kenapa aku tak terpikir sama sekali ya?” Yuri segera tersenyum lebar.

Aku tersenyum geli menatap sahabatku itu, belum jadian dengan Tao saja, Yuri sudah begitu sensitif. Bagaimana jika mereka sudah jadian?

“Pakai ini. Jadi tak ada lagi alasan bagi Tao untuk menolak kau ajak pulang” ucapku seraya mengulurkan payung kelinci kesayanganku.

Yuri membulatkan matanya, “Imut sekali. Tak cocok dengan image Tao. Bayangkan Yoong, aku dan Tao berteduh dibawah payung kelinci ini?” Yuri dan aku terkekeh pelan.

“Tapi.. benarkah  aku boleh meminjam payung kesayanganmu ini? Bukankah payung ini adalah benda berharga yang diberikan oleh cinta pertamamu, eoh?”

Aku mengangguk seraya tersenyum tipis, yah.. itulah alasan utama ku mengapa payung kelinci itu kusebut sebagai payung kesayanganku. Tentu saja karena orang itu yang memberikannya padaku. “Pakailah, lagipula kau hanya meminjamnya. Tapi jangan sampai rusak ne?”

“Hm. Lalu bagaimana kau pulang Yoong?”

Aku kembali tersenyum tipis, “Soal aku pulang bagaimana. Itu urusan nanti. Lagipula aku sudah mengatakannya bukan? Aku akan membantumu mendekati Tao. Kurasa bukan secara langsung aku membantu, tapi payung itulah yang akan membantu”

***

Dan kali ini aku menyesal karena telah meminjamkan payungku pada Yuri. Hmm.. maksudku, aku ikut senang jika Yuri dan Tao jadi bisa pulang bersama ditengah hujan berkat payungku. Tapi sungguh, aku tak pernah menyangka jika selama hampir satu jam aku menunggu hujan reda di sekolah, namun hujan itu tak pernah benar-benar reda.

Jadi kuputuskan untuk berlari ke arah halte bus ketika hujan gerimis. Dan apa yang ku dapatkan? Basah kuyup, tepat sekali.

Aish…” aku segera memeluk tubuh dengan kedua tanganku. Udara dingin mulai terasa menusuk pori-pori kulit, kurasa karena efek bajuku yang basah kuyup ditambah dengan hembusan angin yang bertiup cukup kencang.

Jalanan terlihat semakin sepi dan hari pun sudah mulai sore. Sungguh, aku benar-benar tak pernah menyukai hujan. Terlebih di saat suasana seperti ini. Karena suasana seperti ini mengingatkanku pada orang itu. Ya, orang yang menghilang ditengah hujan dan setelah itu tak pernah kembali lagi. Orang itu.. adalah cinta pertamaku.

Tiba-tiba saja terdengar suara orang tengah bersiul-siul nyaring, ku tolehkan kepalaku ke arah belakang, dan aku baru menyadari bahwa di halte bus ini  ternyata aku tak hanya seorang diri. Ada dua orang namja yang tengah menatap lekat ke arahku, membuatku semakin mengeratkan pelukan pada tubuhku. Baju seragam putih yang telah basah kuyup membuat tubuhku menampakkan lekukkannya dengan jelas dan… aku merasa sangat risih.

Kedua namja itu terus-menerus bersiul, aku melirik sekilas ke arah belakang. Dan kini mereka mulai berjalan mendekat ke arahku. Sedangkan aku terus menerus mengutuk bus yang sedari tadi tak kunjung datang.

Derap langkah kedua namja itu terdengar semakin mendekat dan kini aku sama sekali tak berani menoleh ke belakang lagi. Mereka terlihat begitu menyeramkan dengan seringaian tajam yang tercetak jelas di wajah.

“Hai nona, sendirian saja?”

Mereka mulai memanggilku, namun aku menghiraukannya. Aku takut, sungguh! Kuputuskan untuk memejamkan mataku, karena aku tahu mereka sudah berdiri tepat dibelakangku.

Bruk.

Aku merasakan ada seseorang yang menaruh sesuatu tepat di atas pundakku.

“Dia bersamaku. Kalian mau apa?”

Dan tunggu, suara siapa tadi? Segera aku memberanikan diri untuk membuka mataku dan yang aku dapati adalah seorang namja berambut blonde yang tak ku kenal kini tengah merangkulku. Sungguh, aku tidak berbohong. Dia merangkulku. Aku memperhatikan seragam yang ia pakai. Seragam sekolahku. Yah, setidaknya aku akan merasa lebih aman jika bersama namja berambut blonde ini.

Kedua namja yang terlihat menyeramkan itu menatap tajam namja berambut blonde yang tengah merangkulku ini. Aku takut kedua namja itu akan…

“Ah, Chagi-ya? Aku menunggumu lama sekali. Urusanmu sudah selesai? Kalau begitu ayo kita pulang” Aku segera menggandeng tangan namja berambut blonde itu lalu menariknya menjauh dari halte bus. Yah, dengan sangat terpaksa aku harus kembali kehujanan.

Setelah berada pada jarak yang cukup jauh dengan halte bus tadi, aku segera melepaskan gandenganku. “Ah maaf.. dan terimakasih” ucapku seraya membungkukkan badan kepada namja tadi. Kali ini aku benar-benar malu dan tak berani menatap wajah namja yang ada didepanku ini, aku baru menyadari bahwa aku baru saja memanggilnya ‘Chagi’, astaga…

“Sama-sama… Chagi-ya?” namja itu terkekeh pelan.

Dan tiba-tiba saja pipiku memanas mendengar namja itu mengucapkan kata ‘Chagi’ kepadaku. Memang dasar gengsi aku saja yang tinggi, akhirnya aku memutuskan untuk mendongakkan wajahku, “Apakah ada yang lucu?” tanyaku dengan ketus.

Lagi-lagi namja itu kembali terkekeh, sekilas aku memperhatikan wajahnya yang tengah terkekeh itu. Hmm, dia… lumayan tampan. “Ya ada, Kau.”

“Aku?” aku kemudian menunjuk diriku sendiri dengan jari telunjuk.

Namja itu mengangguk, “Ya. Kau. Lucu.”

Aku hanya bisa mendelik pelan. Bagian mana dari diriku yang lucu? Aku sendiri bingung.

“Ah, ini…” seketika aku teringat sesuatu yang ia sampirkan di bahuku. Ternyata jaket. Tentu saja jaket ini miliknya bukan?

Namja itu memperhatikan tubuhku dari bawah hingga atas, “Bajumu terlalu tipis ya” ucap namja itu seraya tersenyum menggoda.

Aku mendecak pelan, ternyata semua namja memang saja.

Namja itu lagi-lagi terkekeh, huh, apa hobinya memang seperti itu?

“Bawa saja.”

“Sepertinya kau lebih membutuhkannya dibanding aku” sambung Namja itu seraya tersenyum lembut padaku, bukan senyum menggoda seperti tadi.

“Tap-tapi..”

“Sampai jumpa”

Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, namun namja itu sudah pergi lebih dulu. Menghilang di tengah hujan. Dan yang bisa ku amati hanyalah punggungnya yang semakin menjauh.

***

Aku merebahkan tubuhku di atas kasur. Ku tatap lekat-lekat jaket milik namja itu yang sengaja ku gantung di belakang pintu. Dia bilang.. sampai jumpa? Berarti aku akan bertemu dengannya lagi besok.

Aku tersenyum sendiri mengingat ulah namja itu yang bisa terbilang nekat. Ia bahkan tak mengenalku, tapi ia mau membantuku.

Ternyata.. tak semua namja bersifat buruk ya.

Aku segera beranjak dari kasurku, kemudian berjalan ke arah pintu dan mengambil jaket berwarna hitam milik namja itu. Tanpa sadar, aku memeluk jaket itu, seolah-olah aku tengah memeluk seseorang. Dan tanpa kusadari pula, aku menghirup dalam-dalam aroma jaket yang tengah kupeluk itu. Aromanya menyegarkan dan.. menenangkan.

Sebenarnya satu pertanyaan yang masih terngiang di kepalaku, siapa nama namja itu?

***

“39,9derajat celcius. Panasmu tinggi sekali Yoona-ya” Eommaku menyentuh keningku.

“Hari ini kau tak perlu masuk sekolah, Eomma akan memberi kabar ke sekolahmu dulu. Beristirahatlah” Eomma ku segera berjalan keluar kamarku, dan menutup pintu.

Sebenarnya hari ini aku ingin masuk sekolah, sangat ingin masuk sekolah. Yah, ini semua karena namja itu. Aku sangat penasaran, sebenarnya siapa nama namja itu? Tapi ternyata pagi ini aku malah demam. Huh, ini semua gara-gara hujan. Hujan menyebalkan bukan?

Mengingat kata hujan aku segera menengokkan kepala ke arah jendela. Ck, hujan lagi. Kurasa, sekarang yang hanya bisa kulakukan adalah berbaring di kasur, dan memejamkan mataku rapat-rapat.

***

Ting-Tong Ting-Tong

Aku segera membuka mataku. Siapa sih yang datang bertamu? Tidak tahu kah dia bahwa aku sedang sakit, dan Eommaku sedang pergi membeli obat? Well, aku sendirian di rumah. Dan—

Ting-Tong Ting-Tong.

Aish.. mengesalkan sekali. Aku segera beranjak dari atas kasur empukku. Tak lupa aku mengambil jaket hoddie favoritku dan memakainya. Dengan langkah gontai aku segera berjalan ke arah pintu masuk. “Ya, tunggu sebentar” ucapku ketika tamu itu terus menerus memencet bel rumahku.

“Mencari siapa—?” seketika aku hanya bisa membulatkan mataku, ketika aku membuka pintu, di depanku sudah ada namja berambut blonde yang kemarin menolongku. Apakah aku hanya bermimpi? Atau aku berhalusinasi karena sedang sakit? Aku segera memastikannya dengan mencubit pipiku, “Aaww”. Sakit. Berarti.. bukan mimpi.

Namja itu hanya terkekeh pelan melihatku, “Perlu kubantu untuk mencubit lagi?”

Aku merotasikan bola mataku, “Bagaimana bisa kau ada disini. Maksudku.. hmm.. yah.. kita tak saling mengenal…” Aku terdiam, kenapa aku jadi gugup seperti ini? “…kau mengerti maksudku kan?” sambungku.

“Tidak” ucap namja itu dengan muka datarnya dan aku hanya bisa dibuat melongo olehnya, Namun seketika namja itu tertawa lepas. Ya, kali ini tertawa, bukan terkekeh seperti biasanya. “Aku hanya bercanda. Biarkan aku masuk. Dan akan kujelaskan semuanya, bagaimana?”

Aku lupa jika aku belum mempersilahkannya masuk. Tapi.. tunggu! “Jangan-jangan kau mau mengambil jaket hitam milikmu itu?”

Namja itu mengedikkan kedua bahunya, “Salah satu alasannya mungkin itu”

Aish.. Kenapa justru aku yang dibuatnya penasaran?

“Tapi jangan coba macam-macam. Arra?”

Namja itu tersenyum, “Tidak akan.”

Aku segera menggeser tubuhku, sehingga namja itu melewatiku dan bisa masuk ke dalam rumahku. Dan.. aku baru menyadarinya. Dia.. kehujanan.

“Hei. Kau kehujanan. Lihat, rambutmu basah. Apakah kau tak membawa payung?”

Namja itu mengangguk samar. “Aku membawanya, tapi payung ini milikmu bukan?”

Aku menatap payung yang di ulurkan namja itu padaku. Itu.. payung kelinci kesayanganku. Aish.. kenapa tak di pakai saja? Daripada dia kehujanan dengan payung yang ada di tangan, bukankah itu konyol namanya?

“Kenapa tak kau pakai saja?”

“Aku? Memakai payung kelinci? Yang benar saja. Lagipula aku menyukai hujan, jadi tak masalah jika aku harus kehujanan” namja itu terkekeh

Aku segera menghembuskan nafas kasar, “Terserah, bagiku hujan itu menyebalkan. Dan aku membenci hujan”

Namja itu cukup lama terdiam.

“Aku hanya bercanda. Bukankah ini payung kesayanganmu? Jadi aku tak berani memakainya tanpa izin darimu” namja itu tersenyum tipis.

Aku hanya membulatkan mataku. Kwon Yuri.. kau berhutang penjelasan padaku.

***

Aku segera mengulurkan handuk ke arah namja berambut blonde yang kini tengah duduk manis di ruang tengah rumahku. Apa yang sedang dia lakukan? Ah.. melihat-lihat foto album rupanya.

“Hei, keringkan rambutmu dulu” ucapku masih tetap mengulurkan handuk ke arah namja itu.

Namun namja itu tetap terfokus pada album foto milikku yang memang sengaja di taruh dibawah meja ruang tengah.

“Ck. Merepotkan sekali. Menjenguk orang sakit, malah kau yang di urusi” aku segera mengambil posisi tepat di belakang namja itu dengan menopang pada kedua lututku. Dengan handuk yang masih berada di tanganku, aku segera mengeringkan rambut namja itu.

“Aah.. tak perlu—”

“Sudah. Diam saja.” dengan cekatan aku mengeringkan rambut namja itu. Rambut blonde yang saat ku sentuh ternyata halus sekali. Aromanya pun begitu.. menyegarkan.

“Jadi, kau murid baru yang ada dikelasku itu?” aku kembali membuka suara, dengan masih tetap mengeringkan rambut namja itu.

“Hm. Apakah kau tak ada saat aku mengenalkan diriku didepan kelas?”

“Aku tertidur..” dan bisa kulihat dengan jelas, setelah aku menjawab pertanyaannya, namja itu terlihat mati-matian menahan tawa. “Ya! Kalau mau tertawa, ya tertawa saja” aku memukul pelan lengan namja itu. Kemudian namja itu menggeleng cepat.

Aku berdeham pelan, “Jadi, kau menggantikan Yuri untuk memberikan catatan pelajaran di sekolah tadi? Lalu Yuri menitipkan payungku itu padamu?”

Namja itu mengangguk-angguk kecil, namun matanya kembali tertuju pada foto album milikku. Aku jadi heran, apa ada yang menarik dari foto album milikku? Yang dia lihat adalah foto album saat aku masih duduk di bangku sekolah dasar. Apa menariknya?

“Aku cantik bukan?” aku sengaja melontarkan pertanyaan konyol padanya ketika kulihat ia tengah fokus menatap sebuah foto diriku dan beberapa teman masa kecilku.

“Ya. Kau cantik” dan tanpa kusangka, namja itu malah mengiyakan pertanyaanku. Tiba-tiba saja aku merasakan panas menjalari pipiku. Astaga… ada apa ini? Ah, pasti panas yang kurasakan karena aku sedang demam. Ya, pasti.

Seketika saja aku menghentikan kegiatanku mengeringkan rambutnya. Dan itu membuat namja itu menoleh kepadaku. “Ada apa?” tanyanya.

“Tidak. Hmm, jadi.. siapa namamu?” tanyaku mengalihkan perhatian.

“Sehun. Oh Sehun”

“Baiklah Sehun-ssi. Kau sudah tahu namaku bukan?”

Namja itu terkekeh, “Tak perlu seformal itu. Karena aku lebih suka memanggilmu Yoona-ya”

Tanpa sadar aku mengangkat sudut bibirku. Pintar sekali, menjawab pertanyaan dengan satu kalimat yang tak pernah ku duga.

“Baiklah, Sehun-ah. Kau mau minum apa?”

Sehun tersenyum jahil, “Cofee Late dengan taburan coklat di atasnya. Jangan lupa memakai creamy foam yang banyak”

Aku mendelik kesal, “Ayolah.. ini bukan restoran bintang lima”

Sehun tertawa lepas. Hm, sepertinya aku mulai bisa membedakan tawa milik seorang Oh Sehun.“Tak perlu repot-repot. Jangan memaksakan dirimu, kau kan masih sakit.” Ucap Sehun seraya mencondongkan tubuhnya ke arahku, lalu tangannya terulur ke arah keningku, memeriksa suhu tubuh sepertinya.

Kurasakan, panas menjalari pipiku. Namun kali ini, di sertai debaran jantungku yang berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.

“Lihat. Sepertinya demammu naik lagi”

Astaga… sepertinya jika aku berada di dekat Sehun, aku merasa semakin sakit saja.

“A—ah, tak apa-apa. Aku.. aku akan membuatkanmu minum. Tunggu sebentar” Kurasa yang bisa kulakukan sekarang hanyalah menghindarinya.

***

Aku mencoba menenangkan debaran jantungku yang semakin tak terkendali. Ada apa sebenarnya dengan diriku?

Sepertinya aku tidak terlalu berkonsentrasi saat akan membuat secangkir teh untuk Sehun, karena tiba-tiba pandanganku menjadi mengabur, aku tak sengaja menjatuhkan cangkir yang sedang kupegang.

PRAAANG

Aku merasa pusing, dan pandanganku semakin mengabur. Lututku terasa lemas sekali, sepertinya aku tak sanggup untuk berdiri.

“Sudah kubilang bukan, jangan memaksakan dirimu”

Tiba-tiba saja Sehun sudah berdiri tepat di belakangku, menahan tubuhku yang sepertinya akan terjatuh.

Aku memijat-mijat keningku, berharap pusing yang kurasakan akan berkurang. “Nan Gwenchana,” segera ku lepaskan tangan Sehun yang memegang erat kedua lenganku dari belakang.

Aku segera meraih cangkir yang baru, dan mulai membuat teh untuk Sehun. Namun lagi-lagi pusing itu kembali terasa. Sepertinya tubuhku mulai oleng. Dan kurasa sebentar lagi aku akan..

“Apanya yang baik-baik saja?” Tahu-tahu Sehun sudah membopong tubuhku dengan kedua lengannya.

Dan yang aku lihat selanjutnya hanyalah kegelapan.

***

Samar-samar kudengar suara riuh rendah dari luar kamarku, seperti suara Sehun dan.. Eommaku? Ah, pasti Eomma sudah pulang. Tapi sungguh, suara mereka membuatku dengan terpaksa terjaga sepenuhnya dari tidurku. Aku melirik jam dinding di kamarku, ah.. di kamarku? Apakah Sehun merebahkanku disini? Hmm, Jarum jam sudah menunjukkan pukul 4 sore.

Kudengar derap langkah orang menuju kamarku. Pintu kamarku pun terbuka, menampakkan sosok Eommaku yang tengah berdiri di ambang pintu. Dan.. sosok Sehun yang berdiri tepat di belakang Eommaku.

Eomma berjalan ke arahku di ikuti Sehun, “Yoona-ya.. Untung saja ada Sehun disini. Kalau tidak, Eomma tidak tahu apa yang akan terjadi padamu.”

Aku hanya tersenyum menatap Eommaku, “Eomma sudah membelikan obat. Setelah ini kau harus meminumnya ya” ucap Eommaku yang aku balas dengan anggukan kecil

“Ah kalau begitu Eomma tinggal dulu, ada Sehun yang akan menemanimu.” Eommaku segera berjalan keluar kamarku, kemudian menutup pintu, menyisakan aku dan Oh Sehun yang kini tengah duduk di tepi kasur milikku. Aish.. jantungku mulai berdebar-debar lagi.

“Bagaimana keadaanmu?” tanya Sehun lembut, sungguh, berhentilah bertingkah seperti itu.

“Bukan urusanmu” aku segera memalingkan wajahku, sepertinya pipiku mulai memerah menahan panas dan aku tak mau Sehun melihatnya.

Meskipun aku tak melihatnya, tapi aku mendengarnya. Ya, aku yakin Sehun baru saja menghela nafas panjang. Lelah kah?

“Hari sudah sore. Ahjumma juga sudah pulang…” Sehun sengaja menggantungkan kalimatnya, Kumohon jangan katakan kalau kau…

“…sebaiknya aku segera pulang. Semoga kau cepat sembuh” dan kalimat itulah yang tak ingin ku dengar. Ternyata bukan pipiku saja yang memanas, tapi mataku juga ikut memanas. Ada apa dengan diriku? Oh Sehun hanya berpamitan pulang saja bukan? Tapi.. tapi.. kenapa aku…

Aku mencoba menahan isakan tangisku ketika Sehun beranjak dari tepi kasurku dan mulai membuka pintu kamarku. “Jangan pergi” akhirnya aku tak tahan untuk mencegahnya pergi.

Tak terdengar respon apa-apa. Apakah suaraku terlalu kecil? Atau Sehun sudah pergi?

Aku segera memalingkan wajahku ke tepi kasur tempat Sehun duduk tadi. Dan.. aku mendapati Sehun masih berdiri di dekat tepi kasurku.

“Kalau kau mengatakannya, aku tak akan pergi” Sehun tersenyum lembut seraya berjalan ke arah tepi kasurku kembali.

Aku segera mengambil posisi duduk di atas kasur, lalu menatap Sehun tak percaya, dengan air mata yang masih terus mengalir di pipiku. “Kau.. bohong” ucapku masih dengan isak tangis.

“Aku tidak bohong Yoona-ya. Aku tidak akan pergi,” Sehun masih mempertahankan senyumannya itu.

“Sungguh?” entah kenapa air mataku tak mau berhenti mengalir, tapi kali ini aku rasa adalah air mata kebahagiaan, ya, aku merasa bahagia saat ini.

“Tentu saja,  aku berjanji tak akan meninggalkanmu. Dasar cengeng” Sehun menghapus air mata yang mengalir di pipiku dengan ibu jarinya.

Aku kemudian mengambil nafas dalam-dalam, mencoba untuk tersenyum meski air mataku tak berhenti mengalir. Aku baru menyadari, sepertinya… aku mulai menyukai Sehun.

“Kalau begitu tetaplah disini” ucapku tulus.

Sehun tersenyum menggoda, “Tidur pun, apa aku boleh disini? Bersamamu?”

Aku mendelik pelan, dasar Oh Sehun. Moment yang begitu mengharukan dan dramatis saja, bisa dalam sekejap ia buat, namun dalam sekejap juga, ia sendiri yang menghancurkannya. Benar-benar konyol bukan?

“Jangan bercanda” aku mencubit perutnya pelan.

Sehun terkekeh, “Kalau begitu hari ini aku tetap harus pulang.”

Aku termenung. Memang benar apa yang dikatakan Sehun. Tak mungkin jika ia menginap disini. Punya urusan apa ia menginap dirumahku?

“Tapi besok aku akan datang lagi. Ah, atau lebih baik jika besok kau sudah sembuh dan masuk sekolah seperti biasanya”

Aku segera menatap Sehun, “Bagaimana mungkin demam bisa sembuh secepat itu?”

“Tentu saja bisa. Asalkan malam ini juga kau minum obat, dan segera beristirahat”

“Aku sudah teratur minum obat dan istirahat yang cukup. Tapi hasilnya apa? Aku masih tetap demam” Aku menundukkan wajahku.

“Ck. Kau ini. Menggemaskan sekali sih?” Sehun segera mengangkat daguku. Membuatku menatap matanya dalam. Baru kusadari jika dia memiliki mata berwarna coklat yang begitu indah.

“Mau ku ajari cara agar demammu cepat hilang?” tanya Sehun tanpa sedikitpun melepaskan tangannya dari daguku.

Aku hanya bisa mengangguk, terlalu terfokus pada matanya.

Sehun memandangku lembut, “Kalau begitu tutup matamu”

Tanpa berpikir panjang, aku segera memejamkan mataku. Dan yang selanjutnya kurasakan adalah hembusan nafas Sehun yang tepat menerpa wajahku.

Lalu.. bibir Sehun.. ya, yang selanjutnya kurasakan adalah bibir Sehun yang saat ini tengah melumat bibir milikku.

Aku tak berniat membuka mataku, aku hanya ingin menikmatinya saja. Bibir Sehun dan bibirku saling bertautan. Sesekali Sehun menggigit pelan bibir bawahku. Membuatku tak tahan untuk mengerang.

Aku baru akan mendorong tubuh Sehun menjauh, namun ternyata tangan besar miliknya telah menahan tengkukku, sehingga aku tak bisa terlepas darinya. Sehun kembali melumat dengan lembut bibirku. Jadi ini kah rasanya berciuman dengan orang yang kau sukai? Hmm.. rasanya manis. Terlalu manis bahkan.

Aku kembali mencoba mendorong tubuh Sehun, sungguh, kali ini aku benar-benar kehabisan nafas. Dan akhirnya Sehun pun melepaskan ciumannya padaku.

Aku mencoba menghirup nafas dalam-dalam. Sedangkan Sehun.. ck, namja itu hanya bisa tertawa kecil.

“Baru pertama kali melakukannya, eoh?” tanya Sehun di sela-sela tawanya.

Aku mengerucutkan bibirku, hm, sudah seperti Yuri saja tingkahku.

“Dan kau sudah melakukannya berkali-kali dengan yeoja lain” aku merotasikan bola mataku.

Sehun tersenyum jahil, “Kau cemburu?”

Aish… namja ini, kenapa dia selalu berhasil membuat pipiku memanas? Aku tah tahu semerah apa pipiku sekarang, “Menurutmu?” aku mengangkat sebelah alisku. Dan lagi-lagi Sehun hanya tertawa melihat tingkahku.

“Dengar Yoona-ya, jika kau membenci hujan. Maka  sebaliknya, sekarang aku lebih menyukai hujan dibandingkan sebelumnya”

Aku hanya mengernyit heran, Apa maksudnya?

Sehun tersenyum lembut kemudian berkata, “Kau tahu kenapa?”

Aku menggeleng pelan.

“Karena pertemuan pertama kita adalah saat turunnya hujan”

Aku membulatkan mataku. Sehun benar… kenapa aku baru menyadarinya? Kurasa, tak ada salahnya jika mulai sekarang…

Aku belajar menyukai hujan.

—To Be Continued—

 

TEASER FOR PART2

 

“Kenapa Sehun bisa tahu bahwa payung kelinci yang kau pinjam adalah payung kesayanganku?”

“Aku tak pernah memberitahunya”

“Lalu… bagaimana Sehun bisa tahu hal itu?”

“Mencari Sehun, Nona manis?”

“Ne, ak—aku Im Yoona. Teman sekelasnya”

“Kalau begitu silahkan masuk”

“Untuk apa kau kesini?”

“Kau tak suka jika aku datang menjengukku mu?”

“Ya, aku tak suka”

“Kau.. Kau Jahat!”

“Maaf, maafkan aku…”

“KAU JAHAT! KAU BERBOHONG PADAKU! KENAPA KAU LAKUKAN ITU?!”

Adanya kisah cinta segitiga di masa lalu yang terungkap, merubah segalanya.

Merubah seluruh Perasaan Sehun, Perasaan Yoona, dan Perasaan seseorang dibalik topeng miliknya. Menghancurkan segala impian dan asa yang telah terajut di dalam hati dan benak masing-masing hati para insan itu.

Segalanya terasa tak seindah dulu,  seakan waktu kembali terulang ke masa lalu, cara pandang Yoona terhadap hujan pun kembali berubah. Ya, karena dengan sangat terpaksa… Yoona harus kembali membenci hujan.

Notes :

Fiuuuh.. akhirnya part 1 ff ini selesai juga *elap keringet*._. Part1 terlalu panjang kah? Maaf ya, aku kurang terbiasa buat ff oneshoot atau twoshoot kaya gini-_-v Udah aku bonusin juga teaser buat Part2 nya, biar makin penasaran wkwk :p

Oke segitu aja, jangan lupa komen ya, karena komen dari kalian adalah penyemangat buat aku nulis ff. Kamsha! :*

39 responses to “Rain Mistakes [Twoshoot/Part1]”

  1. 1st??aduhh…penasaran pakek banget ama next chap.emangnya siapa yg ada di blik topeng??*nyanyi lagu ariel buka topengmu*!kufikir pas pertama rambut blonde itu luhan eh eh ternyata sehun..ditunggu next chap..baguuuusssss bnget ffnya,,ditunggu ya jgn lama2

  2. Yaah msh bgg cnta prtma Yoona itu siapa sih..?? Sehun bkn, lah itu mksd teaser yg dbwh bentak2 jg spa..huwwaaa gmw klo YoonHun psah rnjang*eh*
    bgs bgt thor ffnya, sneng skli klo main castnya YoonHun
    cpt dlnjt eoh, keep writing

    1. jawabannya bakal ada di part 2, hehehe ditunggu aja ne^^

    2. jawabannya ada part 2, ditunggu aja ya^^

  3. Pertama baca emank udah ngebayangin itu Sehun,
    Dan dan dan,,,
    Benar saja,, Hehe

    Wow, Sehun Cinta pertamnya Yoona kah@???
    Huaa penasaran cuiy
    Next part jangan lama2 donk
    Jebaaaal

    1. aku usahakan ne, hehe^^

  4. itu orang ketiganya sapa? penasaran sungguh.
    keren chingu.
    oke, ditunggu next partnya yooo
    keep writing :))

  5. jadi first love nya yoongie tuh siapaaaa hmmm yah kayaknya next part rada sad yahh :'(:'( duh semoga sehun gga nyebelin =_= seyoon <3<3<3

    1. hayooo siapa? wkwkwk ^^

  6. Kya Moment YoonHun nya sweet banget. Sehunnya juga romantis. Makin suka sama kopel ini dah. Ayo ditunggu banget loh cerita selanjutnya. Mana dikasih teaser chap 2 lagi-_- kan bikin makin makin kepo(?)

    1. hehehe ne^^ ditunggu aja okay? 😉

  7. Wahhhh keren thor ceritanya.
    Next jangan lama” yaa

  8. wktu awal baca membayangkan org itu adlh sehun, eh benar trnyata oh sehun.. suka dehh sama crtanya, tp pnsran ma yg part 2,, eumm smoga yoonhun baik2 saja. next part pasti ditunggu..

  9. daebak!!!! ffnya keren bgt chingu^^ next chap aku tunggu ya><

  10. lanjutkan thor:)

  11. Aku udah baca di yoongexo. Dan baca lg disini. Bagus hehe

  12. dinda_yoonaddict Avatar
    dinda_yoonaddict

    Aigoo yoonhun…
    Sweet bnget deh sehun oppa ..
    Next partnya juga udh ada yang part 2a…
    Lngsung bca deh skrang.. kekeke..
    Ditunggu part 2b nya ya thor…

  13. Aaa!! Kereennn *-*
    Sehunnya romantis bangettt >///<

  14. Yoongkumaseororo Avatar
    Yoongkumaseororo

    Entah kenapa gw paling suka ama adegan2 yg brhubungan dgn hujan #gakpenting

    Yoong ma Sehun udah brhubungan di masa lalu ya?
    Tp napa mreka gak saling kenal?
    *Ralat*
    mungkin Yoona aja, kalo Sehun gak tau deh…
    Trus org ke 3 tu siapa?
    Luhan?Chanyeol?Baekhyun?D.O?Suho?Kai?Chen?Kris?Xiumin?Lay?
    #sebutinajasemua

    1. hahahaha, soalnya Yoona ga inget siapa cowo di masa lalunya itu 😀

  15. Unnie … chap satu aja udah bagus apalagi chap yang kedua. hm .. penasaran siapa first love nya yoona yg bkin dia ga suka hujan ..

    1. hayo siapaaaa? kkk 😀

  16. Udah baca, tapi baca lagi dan komen lagi hihi :D. Duh.. Emang ga pernah bosen baca nih ff.
    part 2B mana ya? Tiap buka laptop sm hp pasti mampir sini dulu buat cari update-an ff eon.
    Fighting thor!!

    1. aku usahakan update secepatnya ne^^

  17. Omg sweet bgt ♡♡♡ suka banget mm tp part 2 kok gitu 0lis jgn sad end jebal :((

    1. iyaaaaa makasiiih yaaa^^ hahaha baca deh :3

  18. Sehun cinta pertamanya segun?
    Hai aku raeders baru salam.kenal. aku tau blog ini dri yoongexo.worldpress

    1. haiii salam kenal ❤ hehe welcomee~

Leave a comment