Rain Mistakes [Twoshoot/Part2:A]

Image

Presented by :

Hwang Ahra

Main Cast : Im Yoona, Oh Sehun, Kwon Yuri and the others you can find it from read the story :p

Genre : Romance, Angst, Friendship, etc

 Length : Twoshoot || Rating : PG+16 || Disclaimer : Pure my imagination

Preview : Part 1

Posted :

http://yoongexo.wordpress.com

Notes:

Halo! Aku balik bawa kelanjutan dari ff abal ini^^ yeaay, akhirnya jadi juga ngepost part 2 di YoongEXO 😀 Cukup bikin aku senyum-senyum sendiri ketika bacain komen dari para readers yang nebak siapa cast namja di ff ini. Well, yang paling banyak emang nebak itu Sehun.-. tapi ada beberapa juga yang nebak luhan :p Seperti yang bisa kalian lihat, part 2 ini aku bagi menjadi part 2A dan part 2B. Ternyata emang ceritanya panjang ya, tau gitu sekalian aku buat threeshoot aja hehe.-.

Okay, langsung aja deh. Check this out^^ NO BASH, SIDERS AND PLAGIATOR!

Copyrighted ©hwangahra 2013 All Right Reserved

All Yoona’s Side

Aku menopangkan dagu dengan kedua tanganku di atas meja kelas. Sambil memejamkan mata, aku menghirup udara yang berbau tanah karena tersiram air hujan. Ya, memang sejak tadi pagi hujan terus turun. Namun anehnya, kali ini aku merasa tak jenuh, tak bosan ataupun kesal. Mungkinkah aku mulai menyukai hujan?  Entahlah, tapi ku berharap jawabannya adalah ‘Ya’.

Setelah menghirup nafas dalam kemudian aku menghembuskannya perlahan. Aku baru sadar, sepertinya debaran jantungku tak kunjung berhenti sejak kemarin. Entah mengapa sekelebat peristiwa yang kemarin baru saja terjadi terus menerus berputar di otakku. Tentu saja kurasa karena kemarin aku dan Sehun baru saja ber—

“Yoong!” suara khas milik Yuri terdengar nyaring di telingaku.

Aku segera menoleh ke arah Yuri yang baru saja datang ke kelas dengan senyuman lebarnya, “Ada apa? Kelihatannya kau senang sekali” tanyaku.

“Tentu saja aku senang karena kau sudah masuk hari ini. Bogoshiposo Yoong..” Yuri segera berjalan cepat ke arahku kemudian memelukku erat.

Aku tersenyum tipis, “Aigo, aku kan hanya tidak masuk sehari karena demam”

Yuri segera melepaskan pelukannya, matanya membulat. “Hei, tunggu dulu, aku baru sadar. Bagaimana demam bisa sembuh secepat itu?”

Aku segera menggigit bibir bawahku, bagaimana menjelaskannya pada Yuri?

“Ah ya, aku baru ingat Yoong. Waktu kau demam kemarin, Oh Sehun si murid baru di kelas kita itu menggantikanku untuk mengirim catatan pelajaran padamu, eoh?”

Aku mengangguk kecil, “Mengapa kau tak mengantarkannya untukku?”

Yuri tertawa kaku, “Kau tahu sendiri Yoong, Tao..”

“Hmm, arraseo” aku mendelik pelan, “Kau lebih memilih namja dibanding sahabatmu sendiri”

“Yoong.. kau marah? Aigo.. tentu saja aku tak langsung membiarkan Oh Sehun menggantikanku”

Aku tertawa dalam hati. Biar bagaimana pun juga, aku berterimakasih pada Yuri yang membiarkan Sehun mengantarkan catatan pelajaran ke rumahku.

“Yah, tetap saja, kenyataannya Oh Sehun lah yang mengantarkan catatan pelajaran ke rumahku”

“Yoong, mianhaeyo..” Yuri memasang tampang bersalahnya, dan aku pun hanya bisa terkekeh dibuatnya, “Aku hanya bercanda, mana mungkin aku marah padamu”

Yuri tersenyum lebar, “Jinjja?”

Aku mengangguk, “Hm”

“Tapi aku cukup kaget ketika Oh Sehun memaksaku agar ia yang memberikan catatan pelajaran padamu kemarin…” Yuri sengaja menggantungkan kalimatnya.

Aku membulatkan mataku, benarkah?

“…dan yang lebih membuatku terkejut adalah ia tahu rumahmu, maksudku, aku lupa memberitahunya alamat rumahmu karena sedang terburu-buru, tapi anehnya.. kemarin ia berhasil sampai dirumahmu kan Yoong?”

Aku mengernyit heran. Kurasakan detak jantungku berpacu lebih cepat. Ini aneh..

Aku mengedikkan bahuku, “Mungkin, ia bertanya kepada Songsaenim dimana alamat rumahku”

Yuri mengangguk-angguk kecil, “Hm, mungkin saja. Tapi yang tidak mungkinnya adalah kita harus ingat bahwa dia murid pindahan. Pindahan dari China. Oh yang benar saja ia tahu daerah Korea”

Dalam hati aku membenarkan perkataan Yuri, tapi aku tak mau ambil pusing dulu. Ah ya… tiba-tiba saja aku teringat  sesuatu, “Mm, Yul. Ada yang ingin ku tanyakan padamu tentang suatu hal”.

“Ne?”

Aku menghela nafas sebelum akhirnya berkata, “Kenapa Sehun bisa tahu bahwa payung kelinci yang kau pinjam adalah payung kesayanganku?”

Yuri mengerutkan kedua alisnya, “Aku tak pernah memberitahunya”

Aku terdiam mematung cukup lama, sibuk memikirkan segala kemungkinan yang terjadi.

“Kau tahu kan Yul? Aku tak pernah membiarkan orang lain tahu bahwa itu adalah payung kesayanganku. Kurasa orang yang tahu payung itu adalah payung kesayanganku hanya kau saja”

“Lalu… bagaimana Sehun bisa tahu hal itu?” tanya Yuri

Kami berdua pun sama-sama terdiam, pikiranku menerawang ke waktu lain, sedangkan Yuri.. entah lah apa yang ia pikirkan. Dan, satu jawaban yang muncul di kepalaku, sepertinya Yuri pun begitu, terbukti kami pun saling pandang.

“Yoong, kau pasti berpikiran yang sama denganku bukan?”

Aku menatap Yuri lekat, debaran jantungku semakin menjadi-jadi, “Orang yang tahu payung kelinci itu adalah payung kesayanganku hanya kau. Jika ada kemungkinan lain, kurasa orangnya adalah…”

“Cinta pertamaku”

“Cinta pertamamu”

Nafasku seakan tercekat ketika aku dan Yuri berkata demikian secara serentak. Benarkah Sehun adalah… orang itu?

Orang yang kucintai sekaligus kubenci? Orang yang membuatku benci akan turunnya hujan, karena ia menghilang di tengah hujan dan…

Tak pernah kembali lagi.

***

Aku menghela nafas berkali-kali setelah menatap bangku Sehun yang kosong. Dia tidak masuk? Kenapa?

“Yoong, hei. Kau terlihat lesu sekali”

Aku tersenyum kecil menatap Yuri yang tengah memegang keningku.

“Hmm.. tidak demam. Hebat sekali Yoong, suhu tubuhmu tidak naik lagi”

Mendengar Yuri membahas tentang demamku yang sudah sembuh membuatku kembali teringat akan ciumanku dengan Sehun kemarin. Kurasakan panas menjalari pipiku. Aku kemudian menggigit bibir bawahku, apa jangan-jangan Sehun tidak masuk saat ini karena demam. Demam karena… berciuman denganku?

Aigo, jangan sampai! Aku menggelengkan kepala kuat-kuat.

“Yoong.. pipimu memerah..”

Aku segera  menyentuh pipiku dengan telapak tangan, “Jinjja?”

Yuri tersenyum menggoda, “Kurasa pipimu memerah bukan karena sakit, eoh?”

Aku mengedikkan kedua bahuku, “Menurutmu?”

Yuri mengerucutkan bibirnya, mungkin kesal karena bukannya aku menjawab namun malah bertanya balik padanya, “Setelah mengetahui Oh Sehun adalah cinta pertamamu, kau terus menerus menatap bangkunya, padahal orangnya saja tidak ada.” Yuri mulai mencondongkan tubuhnya ke arahku, “Katakan Yoong, kau menyukainya bukan?” bisik Yuri tepat di telinga kananku.

Lagi-lagi pipiku terasa memanas. Tanpa berniat menjawab pertanyaan Yuri, akhirnya aku pun hanya menganggukkan kepalaku.

Mwo? Ternyata benar? Aigo, ceritakan padaku selama Oh Sehun berada di rumahmu, apa saja yang kalian lakukan?”

Aku terdiam, tak sanggup lagi menghadapi Yuri yang memang sangat cerewet dan terlampau penasaran ini.

“Hmm.. kurasa aku bisa menebaknya.” Yuri mengusap-usap dagunya seolah sedang berpikir, padahal kurasa ia hanya ingin menggodaku saja, “Demammu hilang dalam waktu sehari? Bukankah itu aneh?” kini Yuri tengah menaikkan sebelah alisnya menatapku.

Aku menghela nafas panjang, “Baiklah aku menyerah, kau pasti tahu kan ‘cara’ menghilangkan demamku itu?”

Yuri tersenyum penuh kemenangan, “Tentu saja, aku ini kan lebih berpengalaman darimu Yoong” ucap Yuri seraya menjulurkan lidahnya.

Aku hanya tersenyum geli menatap sahabatku itu. Hah.. dasar Yuri.

***

Baiklah. Aku tak mengerti ini berlebihan atau apa. Tapi aku sudah menunggu selama tiga hari, dan Sehun belum pernah masuk ke sekolah lagi sampai saat ini. Aku khawatir ia sakit. Apalagi kalau sampai sakitnya karena… aku. Oke cukup, aku tak mau memikirkan kejadian itu lagi.

Lagipula.. aku rindu padanya. Pada cinta pertamaku. Dan aku butuh kejelasan darinya. Ya, tentu saja aku butuh, jelas-jelas kami berciuman waktu itu –meskpipun aku menyukai Sehun— tapi tak ada kata cinta yang terucap dari mulutku atau dari mulutnya. Jadi, apa arti hubungan kami sekarang ini?

Aku mengeratkan peganganku pada sekantung plastik yang aku genggam sejak tadi. Kemudian ku tatap bangunan rumah tua dengan gaya klasik berpagar hitam yang kini berada di depanku.

Aku kembali memeriksa kertas catatan yang tadi diberikan oleh Kim Songsaenim disekolah kepadaku.

Rumah nomor 56.

Tidak salah lagi, ini rumahnya. Berarti tinggal selangkah lagi aku akan bertemu deng—

“Mencari Sehun, Nona manis?” Tiba-tiba saja datang seorang namja tampan berambut pirang yang tengah menatapku lekat. Sepertinya ia baru saja tiba di depan rumah ini, sama sepertiku. Apakah ia keluarga Sehun? Hyung-nya kah? Bagaimana ia bisa tahu kalau aku mencari Sehun?

“Ne, ak—aku Im Yoona. Teman sekelasnya” aku kemudian membungkukkan badan ke arahnya.

Namja itu tersenyum tipis, membuatnya terlihat semakin tampan, “Kalau begitu silahkan masuk” namja itu segera membuka pagar dan mempersilahkan aku masuk ke dalam pekarangan rumah.

Setelah sampai ke dalam rumah, aku dipersilahkan duduk di ruang tamu. “Aku akan ke dalam sebentar. Kau tunggu disini saja dulu”

“Ah tapi tidak usah—”

Terlambat. Namja –yang tak ku ketahui namanya itu— sudah lebih dulu menghilang.

Aku menghela nafas panjang, kemudian memandang ke sekeliling rumah ini. Rumah tua bergaya klasik yang masih sangat terawat rapi. Aku mengaguminya sekilas, benar-benar rumah yang menawan.

Saat mataku tengah menelusuri setiap inchi keindahan interior rumah ini, mataku menangkap beberapa buah foto yang terbingkai dan tersusun rapi di atas meja hias di dalam ruang tamu. Kemudian aku meraih foto keluarga berbingkai kecil yang cukup ku jangkau dengan tanganku.

Foto keluarga rupanya, dan sepertinya foto ini belum lama diambil karena Sehun masih terlihat mirip dengan Sehun yang sekarang . Di dalam foto formal keluarga itu terlihat Sehun yang tengah mengenakan tuksedo berwarna deep blue berdiri di pinggir, sementara kedua orang tua nya terlihat berdiri di sampingnya. Dan—ah! Ini namja berambut pirang yang tadi. Ternyata benar, namja tadi adalah saudara laki-lakinya Sehun entah itu adik atau kakak—tapi lebih cocok jika ia sebagai kakak Sehun—. Ia berdiri di pinggir –sama seperti Sehun— ia pun ikut mengapit kedua orang tuanya. Dan masih ada satu orang lagi.. dia namja berambut coklat. Rasanya aku pernah melihatnya—ah tidak, tidak. Aku belum pernah melihatnya, ia terlihat mirip Sehun, makanya aku merasa seperti pernah melihatnya. Dan posisinya di foto ini adalah… berada di tengah dan di paling depan, lengkap dengan… kursi roda. Apakah namja ini memang memakai kursi roda? Entahlah, yang jelas aku jadi merasa simpati padanya.

Aku menaruh kembali foto itu di atas meja, namun akibat aku menaruh fotonya dengan asal, akhirnya foto itu terjatuh.

PRAAANG

Aigo! Dasar bodoh. Aku merutuki diriku sendiri. Aku segera berjongkok, bermaksud untuk membereskan pecahan kaca yang berserakan di lantai, namun seketika gerakan tanganku terhenti karena ucapan seseorang.

“Siapa disana?”

Aku segera membalikkan badanku yang memang memunggungi sumber suara. Dan, namja berambut coklat yang baru saja kulihat di dalam foto, sekarang berada di hadapanku. Dia.. memang benar-benar menggunakan kursi roda. Sepertinya kakinya lumpuh.

“Ah, annyeong. Ak—aku.. teman sekelasnya Sehun” dengan sedikit gugup, aku membungkukkan badan ke arahnya.

Namja itu tersenyum, pertama kali melihatnya senyumannya, entah mengapa aku merasa deja vu. Senyumnya terlalu memikat, ia terlihat seperti malaikat. “Wah, tumben sekali anak itu mempunyai teman yeoja. Apa kau yakin hanya ‘teman sekelasnya’ Sehun saja?” namja itu mengangkat sebelah alisnya.

Aku tersenyum sekilas, “Kurasa begitu, setidaknya sampai saat ini”

Namja berambut coklat itu mengangguk-angguk kecil, semakin menambah kesan imut  pada wajahnya yang baby face itu. “Jadi.. kau yang menjatuhkan foto itu?” namja itu menunjuk pecahan kaca yang ada dilantai.

“Ah, omona, aku lupa. Mianhamnida!” Segera saja aku berjongkok namun –entah karena hari ini aku sial atau apa— tanganku justru berdarah karena menyentuh pecahan kaca itu. “Aish.. appo!” erangku.

“Hei, kau kenapa?” namja itu segera menjalankan kursi rodanya dan menghampiriku.

Aku segera mendongakkan wajahku yang tertunduk karena menatap jari manisku yang terus mengeluarkan darah segar. “Ini…” aku menunjukkan jari manisku kepadanya.

“Aih.. pasti sakit ya rasanya? Sini, ulurkan tanganmu”

Aku terpaku menatapnya wajahnya.

“Hei, aku sedang berbicara padamu nona”

Aku tetap terdiam.

Ige Mwoya?!” tanpa aku sadari, tiba-tiba saja namja itu menarik tanganku dengan satu tarikan halus, kemudian ia menghisap jari manisku. Aku hanya bisa terpaku menatapnya.

“Ya, selesai” namja itu segera melepaskan tanganku. “Kalau dibiarkan lama-lama, lukamu itu bisa terkena infeksi” sambungnya seraya tersenyum tulus.

“Oh ya, jangan lupa pakai ini” Luhan segera mengulurkan sebuah plester –yang entah ia dapat darimana— kepadaku.

Entah mengapa aku merasa nyaman berada di dekatnya, sudah seperti orang yang sangat lama ku kenal. Tapi itu tidak mungkin, bukankah aku baru bertemu dengannya sekarang?

Jantungku mulai berdetak tak terkendali, pipiku mulai memanas, hm, seperti biasanya tanda-tanda ini muncul. Tapi wajar saja jika aku berdebar, yeoja mana yang tak akan luluh melihat tindakan seorang namja melakukan hal seperti tadi kepadanya?

Aku segera menerima plester pemberiannya, lalu menempelkannya pada jari manisku, “Ne. Terimakasih… mm?”

“Luhan. Panggil aku Luhan saja. Dan kau?”

“Eh?” aku terbengong menatapnya. Rasanya aku sudah memperkenalkan diriku tadi.

Luhan terkekeh pelan. Kekehannya itu terdengar sama seperti kekehan milik Sehun, hanya saja… ekspressi wajah mereka yang berbeda.

“Kau belum menyebutkan namamu, kau hanya menyebut bahwa kau adalah teman sekelasnya Sehun” ucap Luhan di sela-sela kekehannya itu.

“Oh, benarkah? Baiklah, kalau begitu perkenalkan, namaku Im Yoona. Panggil aku Yoo—”

“Yoona-ya?” ucapakanku sukses terpotong berkat kedatangan Sehun dan namja berambut pirang tadi yang kini tengah berjalan ke arahku dan Luhan.

“Sehun, kenapa kau lama sekali? Dia menunggumu sedari tadi.” ucap Luhan.

Sehun kemudian menatapku dengan tatapan –benarkah?— miliknya. “Apa yang terjadi?” Sehun segera melirik ke arah pecahan kaca yang masih berserakan di atas lantai.

“Tidak ada apa-apa. Semua sudah terkendali.” Luhan tersenyum tipis, “Kris hyung, antarkan aku ke kamar. Aku ingin beristirahat”

Namja berambut pirang yang ternyata bernama Kris itu segera mendorong kursi roda Luhan, “Silahkan kalian lanjutkan berdua” katanya seraya mendorong kursi roda Luhan menjauh. Dan entah karena apa, aku tetap tak bisa melepaskan pandanganku pada punggung Luhan yang lama kelamaan terlihat semakin kecil itu.

Sebenarnya bisa kulihat dari sudut mataku, Sehun tengah menatapku yang sedang terfokus pada Luhan. Tapi aku tak bisa mengartikan tatapannya itu. Entah ia menatapku dengan tatapan apa. Apakah marah? Sedih? Kecewa?

“Untuk apa kau kesini?” tanya Sehun dingin.

Aku sedikit terlonjak kaget, mengapa Sehun tiba-tiba menjadi dingin seperti ini?

“Kau tak suka jika aku datang menjengukku mu?” tanyaku hati-hati

“Ya, aku tak suka.” Sehun mendengus kecil, “Lagipula sekarang aku sudah sembuh.”

Aku menelan saliva ku dengan bersusah payah, tenggorokanku serasa kering sehingga tak ada satu pun kata yang bisa ku ucapkan. Ternyata rasanya sakit sekali mendapat perlakuan buruk dari orang yang kita sukai.

“Pulanglah, maaf aku tak bisa mengantarmu karena harus membereskan kekacauan ini dulu. Besok kita bertemu di sekolah” ucap Sehun seraya berjongkok dan mulai membereskan pecahan kaca di atas lantai.

Kali ini hatiku serasa tertusuk. Mataku mulai memanas. Apa dia bilang? Kekacauan? Maksudnya kekacauan yang ku buat?

“Sehun-ah..” dengan suara yang sedikit bergetar, aku menepuk pundak Sehun. Kemudian, namja itu menoleh padaku, “Hm?”

PLAK!

Satu tamparan keras kudaratkan pada pipi mulus Sehun. Dan namja itu sukses membulatkan mata seraya memegangi pipinya, “Aku kesini karena rindu padamu tahu?! Aku mengkhawatirkanmu karena tak masuk sekolah!” air mata mulai membanjiri pipiku, dan aku sudah tak peduli bagaimana tampangku sekarang, yang jelas aku sangat kecewa pada Sehun. “Dan ketika aku kesini, apa yang kau lakukan padaku? Kau malah menyuruhku pulang!” masih terisak, aku mengambil jeda sejenak, “Dan aku juga ingin meminta kejelasan hubungan kita! Kau menciumku, tapi kita… tapi kita…” aku kembali terisak.

Sehun segera beranjak berdiri, “Yoona-ya..” panggil Sehun lembut padaku, tak ada nada dingin seperti sebelumnya.

“Ah sudahlah.. sepertinya kau memang tak menyukaiku.” Aku mengelap air mataku dengan asal, lalu tersenyum padanya –senyum yang kupaksakan tentu saja—, “Kalau begitu aku pulang dulu. Permisi”

Tanpa berpikir panjang lagi, aku segera berlari ke arah pintu depan. Dan ketika aku akan membuka pintu itu. Sehun segera mendorong pintu itu dengan kedua tangannya sampai tertutup, lalu kedua tangannya ia tempelkan pada permukaan pintu sehingga sejajar dengan kepalaku.

Aku segera membalikkan badanku menghadap Sehun, lalu memberanikan diri untuk menatap mata berwarna coklatnya itu. “Apa lag—?” belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, namun tiba-tiba saja Sehun sudah mengunci mulutku, dengan bibirnya…

Bibir Sehun mulai melumat bibirku, dan aku suka caranya memperlakukanku seperti itu. Aku memilih untuk memejamkan mata dan menikmati setiap sensasi yang Sehun berikan padaku. Belum cukup Sehun mencium bibirku, tiba-tiba saja ciuman itu turun ke dagu ku, lalu turun lagi… ke leherku. Meskipun hanya sebentar, tapi Sehun berhasil membuat kissmark di leherku yang memang sedikit terbuka.

Setelah membuat kissmark itu, Sehun segera melepaskan ciumannya perlahan. Lalu tersenyum lembut menatapku, “Memang aku tak pernah menyukaimu Yoona-ya..”

Seketika aku membulatkan mataku, apa maksudnya?! Aish.. dasar namj—

“Aku tak pernah menyukaimu, tapi aku mencintaimu. Sangat”

Aku tersenyum manis menatapnya, dasar namja jahil..

Sehun lalu mulai mencondongkan tubuhnya ke arahku, “Dan sekarang kau adalah milikku, Im Yoona” bisiknya tepat di telingaku. Lalu ia kembali mengecup pelan, leherku. Tepat pada kissmark yang ia buat disana.

Ya, aku milikmu. Oh Sehun.

***

Chocolate atau strawberry?”

Strawberry

Sehun segera mengulurkan ice cream cup rasa strawberry kepadaku. Setelah aku menerimanya, namja itu mendudukkan dirinya di atas sofa ruang keluarga, tepat di sebelahku sambil melahap ice cream chocolate-nya.

“Kau menyimpan persediaan ice cream di dalam kulkasmu, eoh?” aku tertawa kecil seraya menyendokkan ice cream strawberry ke dalam mulutku.

“Hmm, karena aku suka yang manis-manis.” Sehun mulai menyendokkan ice cream-nya

“Berarti aku manis? Bukankah kau menyukaiku?” aku menjulurkan lidah kecilku.

Sehun tertawa kecil, “Ya, ya. Kau adalah hal termanis yang pernah kurasakan” namja itu kembali tertawa.

Aku senyum-senyum sendiri mendengarnya,  kemudian aku kembali menyendokkan ice cream ke dalam mulutku.

“Hei, sepertinya yang punyamu enak. Baunya manis sekali” ucap Sehun.

Aku menatap Sehun tak percaya, namja itu sudah menghabiskan ice cream cup miliknya dalam waktu kurang dari 3 menit..

Aku mengulurkan sesendok ice cream milikku ke arah Sehun, tanpa berniat mengucapkan sepatah kata pun karena memang mulutku sedang penuh.

“Aku tidak mau yang itu. Aku maunya yang ini.”

Tiba-tiba saja Sehun menarik tengkukku, lalu bibirnya kembali mencium bibirku, namun kali ini lidahnya berhasil masuk ke dalam rongga mulutku, dan itu membuat sebagian ice cream yang mulai meleleh di dalam mulutku, berpindah ke dalam mulut Sehun. Lagi-lagi aku hanya memejamkan mataku.

Namun kali ini ciuman itu tak lama, Sehun melepaskan tangannya dari tengkukku. Sambil tersenyum jahil ia berkata, “Rasa ice cream nya jadi beribu-ribu kali lipat lebih manis, Ya kan chagi-ya?”

Aish.. sudah melakukan hal seperti tadi secara tiba-tiba, sekarang dia memanggilku Chagi. Tolonglah, jangan buat aku melayang seperti ini Oh Sehun. Dan, yah.. aku sangat yakin sekarang pipiku sudah semerah kepiting rebus.

Aku mencubit pelan lengannya, “Dasar jahil.”

“Aw, appo Chagi-ya..” ucap Sehun dengan tingkah kekanak-kanakan yang ia buat-buat. Jelas-jelas aku hanya mencubit pelan lengannya. Bahkan tanpa tenaga.

Aku terdiam menatap Sehun, begitu pun sebaliknya. Lalu akhirnya, kami kembali tertawa riang seperti biasa.

“Ah ya, Sehun—”

Chagi. Panggil aku chagi, arra?”

Aku terkekeh pelan, menurutku, kalimat Sehun tadi lebih terdengar seperti pernyataan dibanding pertanyaan.

“Baiklah. Chagi-ya.. Hm, ada yang ingin kutanyakan padamu..” Aku merasakan panas pada pipiku ketika mendengar bahwa aku baru saja memanggil Sehun dengan sebutan Chagi-ya.

“Apa itu?”

Aku menghela nafas sebelum akhirnya berkata, “Kenapa kau tak pernah mengatakannya padaku selama ini?”

Sehun terlihat mengernyitkan alisnya, melihat itu aku segera melanjutkan, “Kau..tahu bahwa payung kelinci milikku itu adalah payung kesayanganku, ah maksudku. Benda kesayanganku. Benda berhargaku. Ya kan?”

Sehun terlihat menimang-nimang sejenak, “Lalu?”

Aku tersenyum, “Kau dulu pernah tinggal di daerah ini bukan?”

Sehun terlihat membulatkan matanya, sepertinya ia mulai mengerti arah pembicaraan ini, kurasa.

“Jangan berbohong padaku lagi Oh Sehun. Kau ini.. orang yang dulu memberiku payung kelinci itu kan?” aku tetap mempertahankan senyumanku itu.

Sehun menghela nafas panjang, sepertinya ia terlihat lega. “Akhirnya, kau mengetahuinya juga Yoona-ya”

Mataku mulai berair, tidak, aku tidak menangis. Aku hanya terlalu senang. Berarti.. cinta pertamaku terbalaskan, bukan?

***

Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Aku segera membereskan alat tulis ku ke dalam tas.

“Pulang bersama?” tiba-tiba saja Sehun sudah berdiri di sampingku sambil mengulurkan tangannya, sedangkan Yuri yang tengah berjalan ke arah Tao –yang baru saja datang memasuki kelasku— menoleh ke arahku dan Sehun lalu mengedipkan sebelah matanya.

Aku tersenyum, lalu kembali menatap Sehun dan menerima uluran tangannya. “Kajja, kita pulang”

Belum ada beberapa langkah aku dan Sehun keluar dari kelas, tiba-tiba saja Kim Songsaenim datang menghampiriku dan Sehun, dan dengan refleks aku melepaskan genggaman tangan kami berdua.

“Ah, Sehun-ssi, kebetulan bertemu disini. Aku baru saja akan masuk ke kelasmu.” Ucap Kim Songsaenim, guru matematika sekaligus wali kelasku.

“Memangnya ada keperluan apa Songsaenim mencariku?”

“Ini berkenaan dengan data siswa-mu yang belum lengkap. Bisakah kau ikut denganku sekarang ke kantor?”

Sehun menatapku, sepertinya ia menunggu jawaban dariku, dan aku hanya menganggukan kepala sekilas, “Aku akan menunggumu, ayo cepat pergi” bisikku pada Sehun.

Kim Songsaenim tersenyum menatap kami berdua lalu berkata, “Masa muda memang menyenangkan, yah baiklah, aku akan menunggumu di ruang kantor. Tapi ingat, tak perlu ikut serta membawa pacarmu, ne?” setelah berkata begitu, Kim Songsaenim segera berjalan pergi.

Dan aku hanya bisa menggigit bibir bawahku menahan tawa, sedangkan Sehun sudah terkekeh pelan.

“Kau tak perlu menungguku, kurasa ini akan memakan waktu lama. Pulanglah duluan. Aku tak mau Ahjumma sampai khawatir mencari-carimu seperti kemarin.”

Keundae—”

“Saranghae” Sehun dengan gerakan cepat mencium bibirku, lalu segera berlari ke arah Kantor guru.

Dan aku hanya bisa menatap punggung Sehun dari kejauhan seraya memegangi kedua pipiku yang memanas. Sudah berkali-kali ciuman pun, tetap aja saja aku selalu berdebar-debar dibuatnya.

***

Aku berjalan menyusuri jalan setapak ke arah rumahku. Namun entah karena apa, aku berbelok ke arah kanan ketika terdapat dua tikungan di depanku. Bukan, bukan karena aku lupa jalan. Berbelok ke kanan memang akan membuatku memutar arah untuk sampai kerumah, mungkin itulah sebabnya. Aku malas jika harus pulang terlalu awal. Dirumah tak ada siapa-siapa, dan pasti aku akan bosan.

Aku memperhatikan jalanan yang sudah lama tak kulewati ini. Ah! dulu disana ada pohon beringin yang besar. Dulu ketika aku kecil, aku dan teman-temanku selalu takut melewati pohon ini. Bahkan ketika aku sedang sendirian, teman laki-lakiku yang jahil selalu menakut-nakutiku, bodohnya saat itu aku takut sehingga berlari dan terjatuh karena tersandung. Dan… di saat itulah Sehun datang menolongku. Aku tersenyum sendiri mengingatnya, saat itulah pertama kalinya aku bertemu dengan Sehun.

Sekarang pohon beringin itu sudah ditebang dan digantikan oleh sebuah rumah. Dan kalau tidak salah… Ah! Masih ada! Dulu, tak jauh dari pohon beringin terdapat sebuah sekolah dasar. Ya, tentu saja itu sekolah ku dulu. Aigo.. rindunya..

Dan.. satu tempat terakhir yang menjadi kenangan masa kecilku adalah.. Taman bunga ini. Ya, sekarang aku sudah berdiri di depan taman bunga. Seketika saja, sekelebat bayangan masa lalu bermunculan dikepalaku. Aku menyapukan pandangan ke seluruh penjuru taman. Taman ini terlihat sepi, sepertinya akan ramai ketika hari mulai beranjak sore.

Ah, tapi ada seorang namja yang tengah duduk— hei tunggu! Bukankah itu Luhan? Ya, itu pasti Luhan. Tak salah lagi, rambut coklatnya dan tentu saja kursi rodanya. Aku sangat hafal.

Kuputuskan untuk menghampirinya, “Annyeong, Luhan-ssi” ucapku seraya menepuk pundaknya pelan.

Ia tampak kaget ketika melihatku, memangnya ada apa dengan diriku?

“Ada apa? Kau terlihat kaget.”

Mata Luhan tampak berkaca-kaca, tapi kupastikan ia bukan ingin menangis. Luhan menghembuskan nafas panjang, lalu tersenyum ke arahku.

“Hmm.. ternyata itu benar kau Yoona, gadis kecil dengan rambut di kuncir dua.”

Aku terdiam sejenak, sibuk mencerna setiap kalimat yang Luhan lontarkan.

“Bukankah ini payung kesayanganmu?” Luhan mengulurkan payung kelinci kesayanganku. Hei, bagaimana bisa payung itu berada di..?

Luhan tersenyum tipis, “Hai deer, masih mengingatku?”

Tunggu.. dia memanggilku Deer? Aku menatap Luhan lekat-lekat, pandanganku seakan terkunci oleh matanya yang bulat bak seorang anak kecil yang tak pernah bisa berbohong.

Nafasku seakan tercekat, tenggorokanku terasa kering. Mataku membulat memikirkan jawaban dari akhir pemikiranku sendiri.

Deer.. panggilan itu.. hanya ada satu orang yang memanggilku dengan sebutan ‘deer’. Ya, cinta pertamaku.

***

Aku berjalan lemas ke arah kelasku, sesampainya aku di dalam kelas, orang yang saat ini paling tak mau aku lihat adalah orang yang pertama menghampiriku. Cih.

“Tumben, kau datang telat?” Sehun tersenyum ke arahku. Namun, kini aku tak melihat senyuman itu sebagai senyum tulus, melainkan senyum palsu miliknya.

Aku menatapnya tajam, lalu berjalan ke arah tempat dudukku sambil menghiraukan tatapan heran yang Sehun berikan.

Dari mulai istirahat pertama, istirahat kedua, sampai bel pulang sekolah, aku berusaha menghindar dari Sehun meski namja itu terus menerus berusaha bertanya baik-baik padaku.

“Yoona-ya..”

Aku segera mempercepat langkahku ketika tahu bahwa Sehun mengikutiku ke rumah. Ia sudah menawarkanku untuk pulang bersama. Namun aku malah terlebih dulu meninggalkannya.

“Yoona-ya, kau marah padaku karena apa? Katakanlah..”

Aku semakin mempercepat langkahku—hampir setengah berlari— namun sayang, meski aku berlari pun, langkah kakiku tak akan bisa mengalahkan langkah kaki panjang milik Sehun.

“Ayolah… kita bisa bicarakan ini baik-baik”

Karena tak tahan lagi mendengar suaranya, aku segera berlari menjauh dari Sehun. Namun, saat itu pandanganku mengabur karena air mata yang menggenang di pipiku, sehingga aku terjatuh, dan lututku yang tak terbalut apa-apa mengenai permukaan aspal yang panas.

Aish..” aku merintih kesakitan, terlebih sekarang lututku mulai mengeluarkan darah segar.

“Ck,ck.. yeoja-ku merepotkan sekali ya?” Sehun – yang entah sejak kapan berhasil menyusulku— mulai berjongkok. Ia segera meniup-niup lututku yang berdarah, tampangnya saat itu terlihat seperti anak kecil yang tak tahu harus berbuat apa.

Sejujurnya, jika saat ini aku tak ‘membencinya’, pasti aku sudah tertawa melihat muka polosnya itu.

“Lihat, beginilah jadinya jika kau menghindariku”

Aku kembali menatap tajam ke arah Sehun, “Kau.. Kau Jahat!”

Sehun menatapku dengan tatapan heran, melihat itu aku segera melanjutkan kalimatku.

“Kau… bukanlah cinta pertamaku. Apa itu benar?”

Seketika itu juga Sehun membulatkan matanya. Ia terlihat menahan nafas.

“Katakan kalau itu salah.” Aku segera memegang wajah Sehun dengan kedua tanganku, berusaha membuat kedua manik mata kami bertemu.

“Maaf Yoona-ya..”

Kali ini giliranku yang membulatkan mata. Jadi.. benarkah Sehun berbohong?

“Maaf, maafkan aku…”

Hatiku seakan tertusuk ribuan jarum saat Sehun berkata maaf. Itu artinya… dia salah bukan? Aku sudah tak kuasa lagi membendung cairan bening yang sebentar lagi akan tumpah dari mataku, “KAU JAHAT! KAU BERBOHONG PADAKU! KENAPA KAU LAKUKAN ITU?!” dan saat itu juga seketika emosiku meledak.

Sehun tertunduk, cih, benar-benar pengecut. Entah mengapa aku semakin merasa benci padanya. “Jawab aku Oh Sehun!!!”

Tik..tik..tik..

Hujan.. kenapa datang di saat seperti ini?

Sehun segera mendongakkan wajahnya, “Yoona-ya, ayo ku antar pulang?”

Aku menggeleng. “Tidak mau! Aku tak mau pulang bersama pembohong sepertimu!”

Sehun mulai berteriak menandingi suara hujan yang tiba-tiba berubah menjadi lebat, “Terserah kau mau mengumpatku seperti apa, tapi kita harus pulang.”

Aniya! Aku tak mau! Tinggalkan aku sendiri!” hujan yang semakin deras membuat tubuhku dan tubuh Sehun basah kuyup seketika.

Gigiku bergemeletuk menahan dingin, memang tubuhku tak pernah kuat jika sudah berhadapan dengan hujan. Sehun segera mengulurkan tangannya ke arahku, namun aku malah menepisnya. “Aku tak perlu bantuanmu”

Aku mencoba berdiri, namun akibat terjatuh tadi, aku tak bisa mempertahankan keseimbanganku. Lututku terlalu sakit untuk sekedar berdiri saja. Sehingga aku kembali terduduk di lantai, “Aish…”

Tiba-tiba saja Sehun membopongku dengan kedua tangannya, “Ya! Lepaskan! Oh Sehun lepaskan aku! Aku benci padamu!” bukannya menurut, aku malah meronta-ronta di dalam pelukannya.

“Tapi aku mencintamu” ucap Sehun seraya mulai berjalan.

Aku terdiam mendengar kalimatnya dan segera mendongakkan wajahku ke atas, menatap wajah Sehun yang saat itu sudah basah oleh hujan. Dia terlihat serius. Pandangannya tertuju lurus ke depan. Dan sama sekali tak melirik ke arahku.

“Tapi aku membencimu…” ucapku lirih.

“Kalau begitu lebih baik kita putus. Lebih baik aku tak memilikimu daripada harus memilikimu namun kau membenciku”

Aku terdiam, tak berniat melanjutkan percakapan kembali. Putus katanya? Semudah itukah ia mengucapkan kata ‘putus’ padaku?

Aku kembali mengeluarkan cairan bening itu lagi, kali ini tanpa isak tangis. Aku menangis dalam diam. Berharap Sehun tak mengetahui seberapa sakitnya hatiku saat ia mengucapkan kata ‘putus’ itu. Dan hujan kembali menghapusnya.

Lagi-lagi.. di saat hujan. Kenapa selalu di saat hujan aku merasa sedih?

Aku… Aku benci hujan!

—To Be Continued—

Notes:

Ada yang tahu cinta pertama Yoona itu siapa? Sebagian kisah masa lalu Yoona masih ada yang belum terungkap, jadi belum bisa dipastikan apakah cinta pertama Yoona itu Luhan atau Sehun, hohohoh :B

Oh ya, kalau aku bilang part 2B bakal aku protect, apakah respon di ff ini bakal meningkat?._.v pengalaman sebelumnya sih mengatakan ‘Ya’ hehehe..

Initinya aku minta RCL ny ne? kamsha! :*

40 responses to “Rain Mistakes [Twoshoot/Part2:A]”

  1. aigooo! ceritanya daebak! >< aku tunggu banget! bahasa keren dan bikin penasaran 😀 hwaiting chingu! ^^

  2. dinda_yoonaddict Avatar
    dinda_yoonaddict

    Aigoo.. sehun oppa bohong ya..
    Ternyata firslove.nya yoona eonnie itu luhan oppakah? ???
    Semkin penasaran thor.. ditunggu part yang terkhir ya thor.. dan jangan lama2 ya thor ??
    Fighting..

  3. daebak eonni!! kayaknya luhan first love nya yoona deh? 😀 gimana uas nya?
    di tunggu I can’t chapter 5 sama rain mistakes 2B nyaa ^^ fighting eonni!!

    1. gomawo saeng >< alhamdulillah udah selesai hihi^^ okay 😉

  4. uhh thor FF mu emang selalu DAEBAK..
    di tunggu semua kelanjutan FF author..
    soalnya aku suka semuanya terutama I Can’t
    gak sabar pengen baca sweee moment SEYOON di FF itu..
    ^^keep writing^^

    1. gomawo hihihi 😀 yap 😉

  5. Yah itu Luhan kyanya deh..blm psti jg..
    Huaaa gmw YoonHun pts.. Cptn dlnjut thor..part 2B mga dpt pwnya klo emg dprotect..cra mntanya gmn?

    1. liat nanti ne, aku belum tau mau di protect apa engga .-.

  6. yahhh yoonhunnya putus… hiks duh yoongie labil deh… yahh kasian sehunnie sini sini aku peyuk kkk~ whaa whuaa mulai deh drama update soon yaa

  7. Jadi first love nya yoona itu luhan? Luhan pakai kursi roda? Luhan kenapa? Dan kenapa sehun harus bahong ke yoona? >< Next cepet ya. Makin penasaran sama kelanjutannya

    1. semua jwbn ada di next part :B wkwk ne ^^

  8. Eding nya YoonHun kan thoor ???
    Ya ya ya ??
    Berarti cinta pertama yoona , luhan dong….

  9. Yoong unni jangan mau putus ya …. Berharap cinta pertamanya tuh sehun , semoga yoonhun bersatu .
    Lanjut n jangan lama ya …

  10. Yeay.. akhirnya update juga ff ini.
    Benerah dah thor aku penasaran, aku sih ngiranya cinta pertamanya itu Luhan.. tapi gatau juga deh kan belum pasti.
    Part 2B ditunggu ya! Moga lebih panjang.. Hehe 😀

  11. Huwaaa!! Udah kuduga cowok yg pake kursi roda itu Luhan!! u,u

    Aaa!! Penasaran… Cinta pertama Yoona itu Sehun atau Luhan ><
    Bener" ditunggu kelanjutannya… Hehehe 😉

  12. pemikiran aku first love yoona itu luhan luhan nyuruh sehun buat gantiin dia karna abis kecelakaan trs cacat (maybe) kalo ga luhan ada niat jahat ngerebut yoona dri sehun dgn cara pura2 jadi first love nya, luhan tahu tentang yoona nguping percakapan yoonhun (maybe too) maaf bukannya sok tau ya thor itu cuma pemikiran aku doang FIGHTING!!’o’)9

  13. Kyaaa krn bgt thorrr…. Hwaa sehun oppa xo boo’ng sieh ..lnjutt thorr

  14. Unnie .. aku penasaran banget sama kelanjutannya. chapter ini memang bkin greget dan gak kusangka-sangka. ayo dong un, lanjutin chapter berikutnya .. *puppy eyes*

    1. oke siaaap, aku usahakan secepatnya hehe^^

  15. Baca untuk kesekian kali pun, ff ini gak ngebosenin. Part ini asli aku suka banget!
    Ntah kenapa, aku gabisa nebak. Siapa orang yg ada di masa lalu Yoona, Luhan? Sehun? Sumpah ff ini bener bener bikin penasaran plus bingung.
    My feeling goes to Luhan! Tapi awalnya aku pikir Sehun.
    Part 2B update soon ya, eonnie! Kalo diprotect, aku minta passwordnya ya ya? Kan aku udah kasi twitterku di ff I Can’t Chapter 5 Hihi.. 😀
    Udah deh, kayaknya komenku kepanjangan. Biasa reader kurang ajar #gubraak. Aku pamit bareng abang Kris dulu, pai pai 😀

    1. hihihi iya siaaap ^^, oke oke pai pai 😀

  16. Yoongkumaseororo Avatar
    Yoongkumaseororo

    Gue jd bingung ni sebenernya first lovenya Yoong siapa…
    Kenapa Sehun boong…
    Trus masa lalu mereka LuYoonHan tu gmana…
    Sumpah gue penasaran…

    1. hahahaha semua bakal terungkap di part terakhir 😀

  17. Daebakkk… Ffnya… Apalagi ada sehun dan luhannya… Jadivtmbah seneng bca ffnya… Next…

    1. hehehe they are my biases! ^^

  18. Plis yoonhun jangan pisah .. sedih hwaaa

    1. enggaaaa kooo huwaaaaaa T^T

  19. Cinta pertamanya luhan..astaga

Leave a comment