Rain Mistakes [Part2B/End]

Image

Presented by : Hwang Ahra

Main Cast : Im Yoona, Oh Sehun, Xi Luhan, Kris Wu, Kwon Yuri, and etc

Genre : Romance, Angst, Friendship, Family etc

 Length : Twoshoot || Rating : PG+16 || Disclaimer : Pure my imagination

Notes:

Annyeong yeorobun!^^ setelah sekian lama ga update, akhirnya ff ini aku update juga hehehe. Masih adakah yang menunggu? *ga ada #plak* Hahah._. oh ya, sebagian besar cerita di part ini adalah flashback. Hope you like. Sorry for bad story and typo(s), happy reading 😀

Warning : Jangan protes sama endingnya._.v

NO BASH, SIDERS, AND PLAGIATOR!

©hwangahra 2013 All Right Reserved

All Yoona’s Side

 “Jangan lupa minum obat, setelah itu langsung istirahat lagi. Arra?” ucap Eomma padaku.

“Hmm” jawabku patuh sambil bergeliat di dalam selimut hangatku.

“Obatnya Eomma taruh di meja, sebisa mungkin Eomma akan pulang cepat hari ini. Jika ada apa-apa, kau bisa menelpon ke kantor atau telpon Yuri saja.”

Ne, arraseo. Eomma tak perlu mengkhawatirkanku sampai sejauh itu, ini bukan pertama kalinya aku sakit demam bukan?” Aku pun akhirnya terduduk di atas kasurku dan menatap Eomma yang sudah berdiri di ambang pintu kamarku.

Eomma hanya menghembuskan nafas panjang, setelah itu ia tersenyum lembut padaku, “Baiklah Yoona-ya, kalau begitu Eomma pergi dulu.”

“Selamat jalan,” aku pun melambaikan tanganku ke arahnya, lalu kembali menutup seluruh tubuhku dengan selimut hangat. Pagi hari di tengah cuaca hujan seperti ini memang enak untuk tidur di dalam selimut yang hangat bukan?

Tsk, hujan. Aku jadi teringat kejadian kemarin, hari dimana aku dan Sehun… putus. Ya, putus di tengah hujan. Seketika sekelebat bayangan Sehun muncul di dalam benakku, dadaku terasa sesak hanya memikirkan wajahnya saja. Aish.. pabo-ya! Untuk apa aku memikirkan namja pembohong itu? Hujan. Ya, kurasa kenanganku bersama Sehun akan selalu muncul ketika hujan datang. Ketika kudengar suara hujan, ketika kulihat tetes demi tetes hujan, ketika bau tanah yang tercium karena hujan.

Ya, mungkin hujan akan selalu membawa kenangan itu. Kenanganku bersama Oh Sehun. Dan tanpa kusadari, cairan bening itu tiba-tiba saja telah turun menelusuri pipiku. Awalnya isakan kecil lah yang keluar dari mulutku, tapi tak kusangka tiba-tiba saja aku menjadi menangis meraung-raung. Aku menangis sejadi-jadinya. Hingga bantalku basah dengan airmata yang terus mengalir dari mataku.

Ya Tuhan, haruskah aku kembali membenci hujan? Suatu hal yang sangat disukai Sehun.. Haruskah?

***

“Hei Yoona, kau mau pulang bersama ku hari ini kan?”

Aku menatap kesal ke arah gerombolan Kyuhyun dan teman-temannya, lagi-lagi mereka menghadang jalanku untuk pulang ke rumah. Mereka adalah Kakak kelasku yang terkenal sangat nakal. Kata teman-temanku, sebenarnya Kyuhyun itu menyukaiku. Tapi aku tak pernah suka dengannya, dia itu namja yang kasar, pemaksa dan menyebalkan. Masih kecil saja sudah seperti itu, bagaimana jika ia sudah besar?

Aku hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban.

“Apa? Kau berani menolakku?!” Kyuhyun mulai berteriak marah.

Sungguh aku sangat takut, tapi mau bagaimana lagi? Teman-temanku sudah banyak yang pulang, jalanan sudah sepi, dan aku tak mungkin berharap akan ada seorang namja yang bersedia menolongku di saat seperti ini layaknya drama-drama yang sering Eomma tonton di televisi.

Aku menguatkan genggaman tanganku pada ransel yang kugendong. Bersiap untuk kabur dari Kyuhyun dan gerombolannya. Setelah menghembuskan nafas panjang, aku pun mencoba berlari kencang sekuat tenaga, namun belum sampai beberapa langkah, teriakan Kyuhyun terdengar jelas di telingaku.

“Hati-hati dengan pohon beringin tua di sebelah kirimu. Ia sangat menyukai gadis kecil, dengan akarnya yang panjang, ia dapat dengan mudah menangkapmu dan menculikmu!”

Aku segera menengokkan kepalaku ke sebelah kiri, dan benar saja pohon beringin tua itu terlihat menyeramkan dengan akar-akarnya yang menjutai panjang ke bawah. Seketika kakiku terasa lemas, cairan bening mulai memenuhi pelupuk mataku, membuat pandanganku mengabur, dan aku tak bisa menghentikan lariku dengan tiba-tiba.

BRUGH

Aku sukses terjatuh di depan pohon beringin tua yang besar itu. Kakiku berdarah tergesek aspal. Dan tanpa diberi aba-aba lagi, seketika tangisku pecah. Aku meraung-raung ketakutan sekaligus menahan sakit pada kakiku. Bisa kudengar suara Kyuhyun dan gerombolannya yang tengah menertawakanku.

“Ck.. ck.. merepotkan sekali ya?”

Aku segera membuka mataku yang terpejam, dan aku langsung membulatkan mataku ketika mendapati seorang namja kecil berambut hitam tengah berjongkok di depanku. Wajah namja itu terlihat tidak begitu asing bagiku… Dia Sehun… ah tidak! Dia cinta pertamaku, sudah pasti dia adalah—

Ting-Tong Ting-Tong.

Seberkas cahaya mulai menelusup melalui pelupuk mataku, “Luhan?” gumamku kecil.

Aku membuka mataku perlahan, dan aku segera menatap ke sekelilingku, “Hanya… mimpi?”

Aku mendudukkan diriku di atas kasur, kemudian menghela nafas panjang. Aku bermimpi tentang masa laluku, tentang pertemuan pertamaku dengan Luhan. Astaga.. kenapa mimpi itu terasa nyata? Aku bertemu Luhan? Ya Tuhan, apa mungkin aku terlalu merindukan sosok Luhan sehingga aku memimpikannya seperti ini? Aku.. rindu… Luhan.. astaga, aku bahkan tak pernah berpikir untuk merindukan sosok namja lain selain Sehun. Hati kecilku selalu tahu, yang aku rindukan hanya Sehun.

Ting-Tong Ting-Tong.

“Eh?” aku segera melirik jam dinding di kamarku, pukul 12 siang. Tak mungkin Eomma pulang dari kantornya sesiang ini, paling cepat Eomma akan pulang pukul 3 sore. Lalu.. siapa yang datang?

Aku segera beranjak dari atas kasur, seraya merapatkan jaket yang kupakai, aku berjalan pelan menuju pintu.

Ting-Tong Ting-Tong.

“Aish.. tidak sabaran, seperti Sehun saj—” refleks, aku segera menutup mulut dengan kedua tanganku. Kenapa justru nama namja itu yang keluar dari mulutku? Tapi.. jika yang datang memang benar namja itu… Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan? Aku tak sanggup bahkan hanya untuk melihatnya saja.

Aku pun akhirnya menghirup nafas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya perlahan, berharap degup jantungku dapat kembali berjalan normal. Aku mulai melangkah menuju pintu, lalu mengulurkan tangan menuju kenop pintu, setelah berhasil kupegang, aku pun memutar kenop pintu rumahku itu.

Cklek

Seketika mataku membulat sempurna menatap sosok dua orang namja dihadapanku, yang satu berambut pirang, dan yang satu berambut coklat. Ya, Kris dan.. Luhan.

***

“Maaf merepotkanmu, kami tak tahu bahwa kau sedang sakit Yoona-ssi” Kris membungkukkan badannya ke arahku.

“Ah tidak, tidak. Aku sudah merasa enakan kok saat ini” Aku tersenyum menatap Kris.

Berbeda dengan Kris yang sedari tadi berbicara padaku, sosok Luhan terus terdiam di atas kursi rodanya. Namja berambut coklat itu kemudian menatap Kris, lalu Kris mengangguk sekilas.

“Yoona-ssi, sepertinya aku harus pergi karena ada urusan diluar, setelah selesai aku pasti akan kemari lagi. Kupikir Luhan ingin berbicara empat mata denganmu, tak masalah kan?”

Setelah Kris berkata seperti itu, aku segera menoleh cepat ke arah Luhan, dan mendapati Luhan dengan semburat merah yang menghiasi pipi putihnya.

Aku tersenyum kecil menatap Luhan, “Tentu saja,”

***

Aku terpaku menatap sosok Luhan yang tengah membuka foto album lamaku, kenapa Sehun dan Luhan melakukan hal yang sama dirumahku?

Aku menghampiri Luhan, lalu meletakkan segelas cangkir teh hangat di depannya. “Ige

Luhan menatapku lalu tersenyum, “Terimakasih,” dan kembali menatap album fotoku kembali

“Apa ada yang menarik?” tanyaku penasaran, sungguh, aku tidak berbohong, aku memang penasaran. Bagaimana bisa dua orang namja yang datang kerumahku di saat yang berbeda, selalu membuka foto albumku.

“Ada” ucap Luhan.

“Oh ya? Apa itu?” tanyaku lagi

This,” Luhan menunjuk album fotoku dengan jari telunjuknya.

Aku pun segera mengikuti arah telunjuk Luhan itu, dan aku mendapati foto kecilku bersama seorang namja kecil.. berambut hitam. Eh? Tunggu.. aku baru menyadari bahwa aku memiliki foto itu, dan foto itu adalah fotoku bersama… Luhan?

“Bukankah kau selalu menghindar dan menyangkal bahwa aku adalah teman masa kecilmu, Deer?”

Seketika saja nafasku tercekat, tak satupun kata yang sanggup keluar dari mulutku. Lagi-lagi perasaan itu muncul, aku tak mengerti bagaimana gambaran perasaan itu, namun yang jelas kutahu perasaan itu adalah perasaan khusus untuk seorang Luhan.

—Flashback On with Author POV—

“Bukankah ini payung kesayanganmu?” Luhan mengulurkan payung kelinci kesayangan Yoona. Yoona mengernyit heran, bagaimana bisa payungnya berada di Luhan?

Luhan tersenyum tipis, “Hai deer, masih mengingatku?”

Tunggu.. dia memanggil Yoona Deer? Yoona menatap Luhan lekat-lekat, pandangannya seakan terkunci oleh mata Luhan yang bulat bak seorang anak kecil yang tak pernah bisa berbohong.

Nafas Yoona seakan tercekat, tenggorokannya terasa kering. Mata Yoona membulat memikirkan jawaban dari akhir pemikirannya sendiri.

Deer.. panggilan itu.. hanya ada satu orang yang memanggil Yoona dengan sebutan ‘deer’. Ya, cinta pertama Yoona tentu saja.

Jadi… benarkah Luhan itu…

“Ba-bagaimana bisa payungku ada padamu?” tanya Yoona dengan suara sedikit bergetar

Luhan tersenyum kecil, “Tertinggal di rumahku, di dalam kantung plastikmu”

Yoona hanya mengangguk sebagai respon, “Aku.. sampai saat ini aku tidak per—”

“Aku tahu deer, kau mungkin sudah memiliki Sehun saat ini,” potong Luhan seraya tersenyum miris, “Tapi masa lalu tak pernah bisa diubah. Kenyataannya, Sehun bukanlah teman masa kecilmu.”

Yoona menjerit tertahan dalam hati, ia tidak percaya pada perkataan Luhan. Tak mungkin Sehun berbohong padanya.

“Bahasaku terlalu berbelit ya? Apa hubungannya antara teman masa kecilmu dengan kekasihmu saat ini?”, Luhan mendengus geli, “Tapi, satu yang pasti dan tak pernah berubah Deer…” Luhan mengambil jeda sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya, “Sejak pertama kali kita bertemu, tanpa sadar aku selalu mencari sosokmu. Seorang gadis kecil dengan rambut kuncir dua, kau memiliki senyuman ceria yang selalu membangkitkan semangat orang disekitarmu, kau bagaikan seorang malaikat kecil dengan sifat rusa dalam dirimu. Lincah, ceria, dan menghidupkan suasana, Yoona.. You are my—

“Maaf Luhan-ssi,” kali ini Yoona yang memotong ucapan Luhan, “sepertinya aku harus pulang sekarang. Sebaiknya kau juga segera pulang, karena hari semakin malam dan sepertinya hujan akan turun.”

Luhan terdiam menatap Yoona, Yoona kemudian sedikit menundukkan kepalanya kepada Luhan tanpa sedikitpun berniat menatap manik namja itu, “Aku permisi. Sampai jumpa.”

Yoona setengah berlari pergi dari hadapan Luhan, ia tak ingin menangis dihadapan namja itu. Namun ia juga sudah tak kuat menahan bulir-bulir air mata yang sudah terbendung dipelupuk matanya. Maka dari itu ia memutuskan untuk pergi.

Luhan menatap kepergian Yoona dengan tatapan sayu, melihat punggung yeoja itu yang semakin menjauh dari hadapannya membuat hati Luhan terasa sakit. Ia tahu, Yoona… menghindarinya.

Luhan tersenyum miris, ia bahkan belum menyelesaikan kalimatnya. Luhan membuka mulutnya kemudian bergumam kecil, “Im Yoona, You are my little deer” hanya itu, hanya itu yang ingin Luhan ucapkan. Apakah hanya satu kalimat pendek itu saja, Yoona tak mau mendengarnya?

Perlahan tapi pasti, sebuah cairan bening mengaliri pipi Luhan. Luhan menyentuh cairan itu, ia segera menengadahkan kedua tangannya, dan mendongakkan wajahnya menatap langit berwarna kelabu yang siap memuntahkan milyaran cairannya ke bumi.

Luhan tersentak, hujan?

Lalu namja berambut coklat itu tersenyum tipis, tak pernah ia sangka bahwa kali ini dirinya lah yang ditinggalkan oleh Yoona… ditengah hujan.

—Flashback Off & back to Yoona POV—

***

“Hei, kau mau mendengarkan kisahku tidak?”

Pertanyaan Luhan seketika membuyarkan lamunanku, sedari tadi memang suasana canggung lah yang menyelimuti kami berdua.

“Hm, tentu saja” Aku menganggukan kepalaku.

“Kau tahu? Dulu ketika usiaku berumur tujuh tahun, aku bertemu dengan seorang gadis kecil yang manis.” Luhan tersenyum menatapku, mungkin aku terlalu serius memandangnya ketika bercerita karena setelah itu Luhan terkekeh pelan.

“Ayolah, lanjutkan ceritamu” rajukku.

Luhan kemudian berdeham lalu kembali melanjutkan ceritanya, “Awalnya aku hanya menganggap dia sebagai gadis kecil yang biasa saja seperti gadis kecil pada umumnya, tapi…”

Aku tak bergeming menatap Luhan yang terus bercerita tentang masa lalunya.

“Tapi ternyata, dia berbeda. Dia seorang gadis kecil yang kuat. Ia bahkan tak takut melawan seorang anak laki-laki yang lebih besar darinya.”

Aku kembali terpaku pada sosok Luhan yang terlihat lembut ketika menceritakan kisahnya itu.

“Dan… hari itu aku baru menyadari bahwa aku, telah jatuh cinta dengannya. Bisa dibilang dia adalah cinta pertamaku.”

Aku tertawa pelan, “Lalu apa kau mencoba mendekatinya?”

Luhan mengangguk, “Awalnya, aku memang mencoba mendekatinya, tapi tak kusangka dia adalah gadis yang dingin terhadap laki-laki yang tak dikenalnya.”

“Apa kau menyerah begitu saja?” tanyaku

“Tidak. Aku tidak menyerah, dan tak kusangka pula, hari berikutnya ia terlihat bisa menerima ku, entah karena apa. Sejak saat itu kami mulai akrab, dan bahkan menjadi teman dekat. Kami tidak bersekolah di tempat yang sama, jadi kami selalu bertemu di sebuah taman untuk sekedar bermain bersama”

Hei, sepertinya aku mengenal cerita ini, “Apa kau tidak menyatakan perasaanmu itu?”

Luhan tersenyum kemudian menggeleng, “Awalnya aku ingin menyatakan perasaanku itu, namun aku memang orang yang pengecut. Aku takut jika aku menembaknya, ia tak ingin lagi berteman denganku”

Luhan menyambung ucapannya, “Namun, hari itu. Hari dimana aku dan keluargaku akan pindah, aku mengajaknya untuk bertemu ditaman tempat kami biasa bermain. Kurasa itu akan menjadi pertemuan terakhir kami”

Aku mulai terdiam, berusaha mencerna dengan baik setiap perkataan yang Luhan lontarkan.

“Hari itu memang mendung, tapi tak kusangka hujan akan turun dengan lebatnya. Awalnya aku berniat menyatakan perasaanku, namun, karena hujan, aku harus segera kembali ke rumah untuk bersiap-siap pergi ke bandara, karena aku akan pindah ke China.”

Mataku mulai memanas, pelupuk mataku sudah mulai terisi penuh oleh cairan bening.

“Aku bodoh memang. Aku tak sempat mengutarakan perasaanku itu,  aku bahkan meninggalkannya sendirian, ditengah hujan. Tapi aku bersyukur saat itu aku masih sempat memberikannya sebuah payung kelinci.”

Air mataku mulai mengalir, tanpa berkedip aku terus menatap Luhan sampai ia menyelesaikan kisah masa lalunya itu.

“Namun, tak pernah kusangka, aku akan bertemu dengannya lagi. Di Korea tentu saja, sekarang gadis kecil itu sudah tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantik. Dan tak kusangka pula ia masih menyimpan payung itu.”

Aku menutup mulut dengan kedua tanganku berusaha meredam isakan tangisku. Kenapa akhir-akhir ini aku sering menangis sih? Menyebalkan.

“Tapi… kurasa aku terlambat, ketika kami bertemu kembali dalam kondisi dan suasana yang berbeda, ternyata ia sudah milik orang lain.”

“Ceritaku menyedihkan— hei, kenapa kau menangis?” Luhan menatapku cemas, tangannya menggenggam erat tangaku, berusaha menenangkanku.

“Dasar bodoh!” aku berteriak kesal padanya, dengan air mata yang terus mengalir. Ternyata Luhan menceritakan tentang kisahnya dan kisahku, gadis kecil itu adalah aku. Ya, aku.

“Kau ini… kenapa kau ini.. aish! Kenapa aku bisa jatuh cinta kepada namja menyebalkan sepertimu sih?” aku segera mengulurkan tanganku ke arah Luhan, memeluk namja itu erat.

Luhan terkekeh pelan lalu membalas pelukanku, “tapi… bagaimana dengan Sehun?” tanya Luhan.

Aku menggeleng pelan seraya tersenyum, “Semua sudah berakhir. Kali ini, biarkan aku menjalaninya bersamamu, cinta pertamaku”

***

Hari-hari yang kulalui bersama Luhan terasa begitu menyenangkan, canda tawa mengisi keseharianku dan Luhan, setiap hari kami selalu bertemu di taman tempat bermain waktu kami kecil. Aku sangat suka ketika aku mengajak Luhan berjalan-jalan di sekitar perumahanku, namun Luhan tak pernah menyukai itu, ia bilang, ia terlalu malu jalan bersamaku menggunakan kursi roda. Padahal.. aku menerima Luhan apa adanya, dan aku tak pernah menyalahkan keadaan Luhan yang seperti sekarang.

Pernah aku sempat bertanya pada Kris Oppa, ehm.. well, kali ini aku sudah memanggil Kris dengan sebutan ‘Oppa’. Aku bertanya pada Kris, sebenarnya apa yang membuat Luhan harus menggunakan kursi roda. Dan Kris bilang kalau sebenarnya Luhan tidak lumpuh permanen, kakinya baik-baik saja. Menurut dokter, Luhan hanya mengalami trauma pasca kecelakaan lalu lintas yang di alaminya sewaktu di China. Dan sebenarnya Luhan tak perlu menggunakan kursi roda jika ia mau mencoba untuk melakukan terapi dengan rutin.

“Luhan-ah?” panggilku pada Luhan yang kini duduk disebelahku.

“Hm?” Luhan menoleh ke arahku, saat ini kami tengah menikmati udara segar di minggu pagi yang cerah ini, dan kami memutuskan untuk berjalan-jalan disekitar area taman, kali ini taman yang kami kunjungi berada di dekat rumah Luhan.

“Apa kau tak pernah mau mencoba untuk berjalan lagi menggunakan kakimu?”

Luhan tersentak kaget, “Kau sudah tahu rupanya?”

Aku menunduk, “Mian, aku bertanya pada Kris. Apa aku lancang?”

Luhan tersenyum tipis, “Tidak, mungkin aku lah yang terlalu menutup diri darimu deer

Aku tersenyum lega mengetahui bahwa Luhan tidak marah padaku, “Jadi.. bagaimana?”

Luhan terdiam sejenak, “Aku tahu maksudmu baik, tapi.. kurasa aku masih membutuhkan waktu. Kau mengerti kan?”

Aku mengangguk, “Ya”

***

“Aku tunggu diluar saja” ucapku pada Luhan ketika ia masuk kedalam rumahnya.

Luhan menggeleng lalu menarik tanganku, “Masuklah, diluar tidak ada tempat untuk duduk”

Aku mengangguk, Luhan kemudian masuk ke dalam kamarnya untuk berganti baju, aku kemudian duduk di salah satu sofa ruang tamu rumah Luhan. Sudah berapa lama sejak aku pertama kali kemari? Dan ternyata ruangan ini tidak banyak berubah.

Sebenarnya, aku sangat menghindari untuk berkunjung ke rumah Luhan, mengingat… Sehun berada satu rumah dengannya. Oh sial! Ternyata hati kecilku memang tak pernah bisa berbohong, aku masih merindukan— tidak, tidak, aku masih mencintai namja itu. Aku masih mencintai Sehun. Aku bahkan mati-matian menahan perasaanku untuk tidak mendekati ketika melihat Sehun. Dikelas, kami bahkan tak bertegur sapa sama sekali, oh.. maksudku, sepertinya hanya aku yang saja mengacuhkannya. Sedangkan Sehun? Setiap hari dia selalu menyapaku. Dia bertindak profesional kurasa. Setelah dia tahu bahwa aku dan Luhan mulai berpacaran, dia langsung meng-clear-kan masalahku dengannya, dan dia pun mendukung hubunganku dengan Luhan yang notabene adalah kakaknya. Tapi entah mengapa aku merasa kecewa, Sehun.. apa dia tak memiliki rasa cemburu melihatku bersama Luhan?

“Baru datang?”

Aku segera mendongak dan mendapati Sehun yang baru saja masuk ke dalam rumah, Ya Tuhan, sungguh aku merindukan sosoknya, rasanya aku sangat ingin memeluknya detik ini juga.“Ya, kau sendiri?”

Sehun menghela nafas lelah, “Aku baru saja selesai mengurus passport dan visa ku” ucap Sehun seraya mendudukkan dirinya tepat di sebelahku, kedua tangannya ia taruh dibelakang kepala sofa.

Aku sedikit tersentak mendengar penuturan Sehun, “Kau… mau kemana memangnya?”

Sehun menatap datar ke arahku, “Ini bukan urusanmu Yoona-ya”

Deg!

Mendengar Sehun berkata seperti itu, rasanya hatiku terasa ngilu. Ya, tapi dia benar. memangnya apa urusanku bertanya-tanya seperti itu padanya?

“A—ahahaha, kau benar. Itu bukan urusanku. Ya, kau benar…” aku tertawa, ya aku berhasil tertawa. Cih, menyedihkan, bahkan Sehun pun pasti menyadari bahwa tawa ku yang barusan hanyalah sebuah tawa yang dipaksakan.

Sehun terpaku menatapku “Yoona-ya… kau menangis?”

Aku segera tersadar, kemudian aku segera menghapus jejak-jejak air mataku. “Ah tidak, kurasa ini hanya—”

Ucapanku terpotong ketika Sehun dengan tiba-tiba memelukku erat, ia bahkan menghirup aroma tubuhku dalam-dalam. “Kau tahu aku akan pergi, hm?”

“Aku..Aku..tidak tahu, kenapa kau harus… pergi?” suaraku bergetar menahan isak tangis.

Sehun melepaskan pelukannya, “Ini semua demi kebaikan kita. Aku, kau, dan Luhan hyung”

“Kita? Demi kebaikan kita? Kau pikir aku akan baik-baik saja jika kau pergi huh?” ucapku dengan intonasi suara yang tinggi

Sehun tersenyum, ia menghela nafas panjang, “Harusnya aku sadar, ternyata kau tak benar-benar membenciku sepenuhnya”

Aku menutup mulut dengan kedua tanganku, hancur sudah semua benteng pertahananku selama ini. Seluruh perasaanku terhadap Sehun seketika meluap, dari lubuk hatiku yang terdalam, aku berani bersumpah, bahwa aku masih mencintai Oh Sehun.

“Harusnya kau selalu menyadari itu Tuan Oh, betapapun aku mencoba menghindarimu, bahkan membencimu, aku hampir merasa mati melakukan semua itu” Aku menatap Sehun lekat-lekat

Sehun mengulurkan tangannya ke arahku, ia mengusap puncak kepalaku, lalu membelai rambutku dengan lembut, tangannya kemudian turun dan membelai pipiku dengan jari-jarinya. “Baik-baik disini ya?”

Aku hanya bisa menggeleng kemudian menggenggam tangannya erat dengan kedua tanganku

Krek

Aku dan Sehun sama-sama menoleh dan terlonjak kaget ketika mendapati Luhan tengah menghampiri kami. Refleks, aku segera melepaskan genggaman tanganku, begitupun dengan Sehun.

“Ah, sebaiknya aku harus bersiap-siap,” Sehun segera beranjak, kemudian ia pergi, meninggalkanku dan Luhan berdua.

“Luhan-ah.. ini tak seperti yang kau lihat” aku menatap Luhan ragu-ragu

Luhan hanya tersenyum, “Hm, aku mengerti”

***

Sehun menempelkan sekaleng susu coklat hangat pada pipiku, “Udara malam sangat dingin”

Aku segera menerimanya dan mendelik kesal, “Terimakasih, tapi kurasa aku memang pantas mendapat sekaleng minuman hangat darimu”

Sehun terkekeh pelan, “Baiklah, anggap itu permintaan maafku karena mengajakmu diam-diam keluar malam”

Aku menatap tempatku berpijak saat ini, sebuah jembatan di tengah kota, bahkan sampai waktu menunjukkan pukul 10.20 malam saja, suasana di tempat ini masih ramai, terutama oleh pasangan remaja yang sedang berpacaran.

Aku menghela nafas panjang, ternyata aku baru menyadari sesuatu, aku memang datang kemari bersama Sehun, tapi bukan sebagai sepasang kekasih lagi, ck menyedihkan.

Aku menatap Sehun yang berdiri di sebelahku, “Apa yang ingin kau bicarakan?”

Sehun meneguk sekaleng coffee hangat yang digenggamnya, kemudian ia menoleh menatapku, “Aku akan berangkat besok, ke Amerika”

Aku membulatkan mataku tak percaya menatap Sehun, “Kau… serius?”

Sehun mengangguk mantap, “Ya, dan kurasa aku akan tinggal disana untuk beberapa bulan”

“Kenapa.. kenapa kau harus pergi? Jika kau pergi karena aku dan Luhan, kami sama sekali tak keberatan jika kau berada di dekat kami.” Ucapku lirih.

Sehun menaruh satu tangannya pada bahuku, lalu mencengkramnya erat, “Aku. Aku yang keberatan jika berada di dekat kalian”

Aku kembali menatap Sehun tak percaya, berarti.. maksudnya.. dia..

“Maksudmu.. kau—”

“Ya, aku cemburu. Aku sangat cemburu Yoona-ya. Apakah kau tak pernah menyadari itu? Perasaanku padamu masih sama. Aku masih mencintaimu” Sehun semakin mengeratkan cengkramannya pada bahuku.

Aku menghirup nafas dalam-dalam, berusaha menenangkan emosiku, “Kau selalu seperti ini, membuatku bingung dan kacau”

Sehun tersenyum tipis menatapku, “Kalau begitu, Luhan hyung-lah yang akan membuatmu menjadi lebih tahu dan tenang”

Sehun mulai melepaskan cengkramannya pada bahuku, “Aku mengajakmu kemari hanya untuk mengucapkan salam perpisahan, karena besok ketika aku berangkat, kau pasti sedang berada di sekolah…”

Aku tetap terpaku menatap Sehun, menunggu lanjutan kalimatnya yang terdengar menggantung itu.

“Kalau begitu, selamat tinggal Im Yoona, jaga dirimu baik-baik, ah tidak, kurasa Luhan hyung-lah yang akan menjagamu. Senang mengenalmu, Yoong”

Deg!

Lagi-lagi hatiku terasa ngilu mendengar kalimat Sehun, terutama untuk kata-kata terakhirnya.

Sehun mulai membalikkan badannya memunggungiku, lalu berjalan selangkah demi selangkah, tangan kirinya terangkat dan melambai sekilas ke arahku tanpa sedikitpun menoleh ke arahku lagi.

Dan aku yakin, kali ini aku akan benar-benar kehilangan Sehun seutuhnya.

***

“Yoong!”

“Yoongie?!”

“Im Yoona!”

“Yoona-ya..”

Aku segera tersadar dari lamunanku ketika suara lembut seseorang memanggil namaku, nadanya seperti nada memanggil Sehun. “Ya?”

Yuri menggembungkan pipinya, “Kau ini! Kupanggil sambil berteriak tidak di dengar, ketika kupanggil dengan Oh Sehun malah kau langsung menoleh, aish…”

Aku tertawa geli menatap Yuri, “Maaf, maaf. Kau tahu kan Yul, aku sedang banyak pikiran”

Yuri segera duduk di sebelahku, “Yang menjadi pikiranmu itu hanya satu, hanya Oh Sehun saja, benar kan?”

Aku mengangguk kecil, “Tapi biarlah, mungkin takdirku memang sudah seperti ini. Mungkin jodohku adalah Luhan, bukan Sehun”

Yuri terlihat marah menatapku, “Kau bilang apa? Jodohmu adalah Luhan? Kau berani berkata seperti itu padahal kau sama sekali tak mencintai namja itu?”

Aku balas menatap Yuri dengan ekspressi tegasku, “Aku mencintai Luhan, karena dia cinta pertamaku. Aku tak mungkin salah dengan perasaanku yang satu itu”

“Im Yoona sadarlah! Dari caramu bercerita tentang Sehun dan Luhan saja, aku sudah bisa membedakan kalau kau jauh lebih mencintai Sehun!”

“Oh, dan tolong jangan membawa-bawa cinta pertamamu atau bukan. Itu masa lalu Yoong! Yang harus kau pikirkan adalah masa sekarang! Tolong kau bedakan, antara cinta pertamamu dan cinta sejatimu. Kau seharusnya lebih tahu bisa membedakan itu!”

Aku terdiam menatap Yuri, sebelumnya aku tidak pernah melihat Yuri yang semarah ini, terlebih kepada diriku.

“Apakah kau tak pernah sadar, ketika kau bercerita tentang Sehun, wajahmu terlihat berseri-seri, pandangan matamu terlihat melembut, sosokmu bagai seorang yang jatuh cinta. Berbeda ketika kau bercerita tentang Luhan, kau tampak bercerita sebagai seorang sahabat yang baik bagi Luhan, kau lebih merasa bersimpati pada Luhan ketimbang kau mencintai dia, aku benar kan?”

Detik itu juga, seakan hatiku tertohok setelah mendengar perkataan Yuri, apakah benar, selama ini aku seperti itu?

Yuri kemudian melembutkan pandangannya kepadaku, “Masih ada waktu  sebelum semuanya terlambat Yoong. Pergilah”

***

Aku berlari menuju pintu gerbang sekolah yang sudah setengah tertutup, dengan nafas yang masih terengah-engah, aku mencoba mencari taksi kosong yang lewat, namun hasilnya nihil. Taksi sangat jarang di saat jam kantor seperti ini. Aku memutuskan untuk berlari ke arah jalan raya utama, mungkin disana akan ada taksi kosong. Namun, belum ada beberapa langkah aku berlari, suara klakson mobil dari arah belakang membuatku menoleh.

Lancer hitam berhenti tepat disampingku, kemudian jendela mobil itu terbuka. Dan tanpa sadar aku mengangkat sudut bibirku ketika mengetahui siapa yang mengendarai Lancer ini.

“Naiklah” ucap namja berambut pirang yang duduk dibelakang kemudi,

Gomawo Kris Oppa!”

***

Suasana di bandara Incheon terlihat cukup ramai. Aku segera berlari menuju tempat departure ke Amerika. Pesawat yang ditumpangi Sehun akan berangkat 7 menit lagi, dan aku tahu aku sudah sangat terlambat. Aku mencari-cari sosok Sehun di antara kerumunan orang-orang yang berlalu lalang dihadapanku.

Gotcha!

Aku tak mungkin salah mengenali rambut blonde itu. Sehun sedang berjalan menuju ruang tunggu, jika ia sudah masuk ruangan itu, maka.. aku sudah tak bisa mengejarnya lagi. Ruangan itu tertutup untuk umum. Aku hampir berhasil mengejarnya Sehun jika saja aku tak sengaja menabrak seorang yeoja paruh baya yang tengah membawa tas yang cukup banyak.

Ah, mianhamnida ahjumma” aku membungkukkan badanku berkali-kali seraya membantu yeoja tua itu membawa tas-tas nya.

Aku kemudian melirik sekilas ke arah pintu keberangkatan, dan… sosok Sehun telah menghilang. Ia sudah masuk ke dalam ruang tunggu.

Aku.. benar-benar telah kehilangan sosok Sehun. Tanpa terasa bulir-bulir air mata jatuh menulusuri pipiku, aku menangis terisak, Ahjumma yang kubantu tiba-tiba saja kebingungan melihatku menangis. Aku tak tega melihatnya, sehingga aku mengembalikan tas miliknya, dan ia pun akhirnya pergi dari hadapanku.

Orang-orang yang lewat pun banyak yang memperhatikanku, bahkan beberapa ada yang menertawakanku. Aku tahu ini memalukan, tapi aku tidak peduli, hatiku terlanjur sakit melihat kepergian Sehun. Aku kemudian menutup wajah dengan kedua tanganku, setidaknya aku tak perlu melihat orang-orang disekitarku menertawakan diriku.

“Berhentilah menangis, kau menjadi pusat perhatian orang-orang tahu”

Aku kaget karena tiba-tiba saja ada orang yang berani menegurku,

“Biarkan saja! Aku tidak peduli! Biar semua orang tahu bahwa aku sangat sedih karena ditinggal oleh namja yang kusukai!” teriakku.

“Memangnya siapa namja itu?”

“Oh Sehun! Dia pergi meninggalkanku! Menyebalkan sekali bukan?! Dasar namja kejam!! Kuharap dia bisa mendengar ini!” aku masih terisak namun sambil berteriak kesal, aku benar-benar berharap Sehun bisa mendengarku meski itu hal yang mustahil karena dia sudah berada di dalam pesawat saat ini.

“Aku memang mendengarnya bodoh”

“Eh?” perlahan aku membuka kedua tangan yang menutupi wajahku, lalu seketika aku membulatkan mataku karena mendapati Sehun.. bersama Luhan dan Kris berdiri tepat di hadapanku.

“Kau…kau…masih disini?” tanyaku

“Seperti yang kau lihat, perlu kucubit dulu pipimu agar percaya kalau ini bukan mimpi?” Sehun tersenyum jahil menatapku.

“Tapi.. kenapa? Bukankah kau mau pergi dan tinggal di Amerika?”

Sehun menghembuskan nafas lalu berkata, “Ini semua keputusan Luhan hyung”

Aku segera menutup mulutku ketika manik mataku bertemu dengan Luhan, “Lu..Luhan-ah..”

Luhan tersenyum, kali ini ia tersenyum tulus, “Kau masih mencintai Sehun kan deer?”

Aku mengangguk, “Mianhaeyo..”

Luhan lagi-lagi tersenyum, senyum malaikat yang selalu kusukai, “Dengar, aku lah yang akan berangkat ke Amerika deer, kudengar ada rumah sakit bagus yang biasa menangani pasien sepertiku, jadi aku sudah memutuskan untuk menjalani terapi jalan disana..”

Aku mengangguk-angguk paham, “Kau berangkat sendiri?”

Luhan menggeleng, “Aku akan pergi bersama Kris hyung”

Kali ini pandanganku beralih pada Kris, “Ya! Oppa! Kau membohongiku! Mengesalkan!”

Kris tertawa lebar, “Habisnya, kau lucu sekali Yoong. Terlihat ketakutan dan serius, padahal jadwal pesaawatnya saja kau sudah salah, awalnya aku ingin memberitahumu tapi ketika melihat wajahmu itu…. Hahaha!” Kris kembali tertawa.

Aku hanya mengerucutkan bibirku kesal, dan dengan tiba-tiba Sehun merangkulku, “Berhentilah bersikap imut didepan kedua hyung-ku, arra?” setelah Sehun berkata seperti itu, aku pun hanya bisa tertawa kecil.

“Kau cemburu eoh?”

“Ya, aku cemburu”

Sontak kami bertiga pun tertawa mendengar nada Sehun yang manja itu. Sedangkan Sehun hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Setelah menunggu sekitar dua jam di bandara, akhirnya Luhan dan Kris harus segera pergi karena pesawat yang akan mereka tumpangi sebentar lagi akan take off. Aku dan  Sehun, ikut mengantar kepergian Luhan dan Kris. Kemudian kami melambaikan tangan pada mereka, sebelum menghilang dari pandangan kami, Luhan sempat mengisyaratkan agar Sehun segera mengecek ponselnya.

Tanpa menunggu lama, akhirnya Sehun membuka satu pesan yang tertera di layar ponselnya itu. Aku pun ikut membaca pesan itu.

From : Luhan Hyung

Hunnie, selama kau tinggal sendirian, jangan coba-coba membawa Yoona ke rumah! Oh ya, hyung-mu yang tampan ini berjanji akan segera berjalan normal seperti biasa dan tentu saja kembali ke Korea. Jika saat itu tiba, maka bersiap-siap lah, karena Yoona akan ku rebut darimu! *smirk* hahahaha. See you again!

Ya, Xi Luhan! Ternyata.. wajahmu saja yang bagaikan malaikat, tapi ternyata… ckckck… benar-benar pintar sekali kau bersembunyi di balik topengmu itu.

—FIN—

 

Jeng jeng! Akhirnya ff ini tamat :’) terhuraaa banget sumpah! Maaf ya untuk ff ini awalnya nyesek-nyesek gitu, eeh tapi akhirnya malah absurd gini, aku sendiri rada ga percaya endingnya bakal kaya gitu-_-v *loh? Sekali lagi inget ya, jangan protes sama endingnya huahahaha._.

RCLnya jangan lupa! Aku udah ga memprotect ff ini, dan aku mengorbankan waktu liburku untuk ngetik ff ini T^T tolong hargai ya? Kamsha! :*

44 responses to “Rain Mistakes [Part2B/End]”

  1. endingY DAEBAK Thorr.! AwlY aq ngra endingY luyoon ehk trnyta seyoon! Krn! Lnjutn sister complex’y donk thor pnasarn bgt nie jeball 😉

    1. hehehe gomawo ne ^^ duuuh.. mian, lagi ga ada ide buat ff itu._.v

  2. Waaaaa… Endingnya lucu banget..
    Pertama2 sih, ga menduga kalo endingx kalo bakal begini.. Ya walaupun bisa nebak klo endingx Yoona sama Sehun.. Kkkkk…
    Bagus sih.. Tpi kurang greget aja… Hehhee…
    Eia.. Trimakasih udh ga jd memprotect ff in thor.. Kirain ga d lanjut. Soalx lama bner..ga publish2.
    Pokoknya ffx daebak !!
    Ditunggu karya selanjutnya ya…

    1. ne gomawo hihihi ^^ oke siap deh chingu 😀

  3. kerennn.. 🙂

  4. hahahaha… aigoo, luhan gege evil nie..

    yoonhun

  5. Endingnya ngegemesin. Apalagi Hunhan<3 ampun deh mereka itu, kalo bersaing memperebutkan Yoong eonni jagonya dehyah :') Daebak chingu

  6. Keren thor ending nya gak terduga pas diawal2 aku mikirnya sehun first love nya yoona terus luhan pura2 jadi first love nya yoona eh ternyata begini ending nya keten, ditunggu ff lainnya FIGHTING!!

    1. hihihi 😀 oke deh siap^^

  7. Nyesek kirain yoonhun gak bersatu tapi akhirnya sweet..
    Sequelnya ada gak?
    😀
    Daebak author

    1. sequel? hmm… gatau ya 😦 ne gomawo chingu^^

  8. Senengnya endingnya yoonhun . Butuh sequel hubungan mereka .
    Oh iya , ff i can’t kapan dilanjut ?

    1. sequel? hmm… gatau ya 😦 masih nyari ide nih, tapi next chap itu ending, jadinya aku protect chingu^^

  9. yoonhun <3<3 deer,, duh lulu so sweet bgt sih… kyaaa ma sewuel dong author… haha

    1. hehehehe iya lulu so sweet <3. sequel? hmm gatau deh ya 😦

  10. gak relaaaa kalau nih ff udah endT.T /plak. daebakkkk thor kirain aku bakal luyoon ending nya, eh tau nya yoonhun tpi gpp aku juga windeers wks ^^/gaknanya.chingu lanjutin ff i can’t nee’-‘/ jeball. i’ll be wait ur next fanfic nee hwaitingg!!

    1. ne gomawo chingu^^ iya sip deh, lagi dalam proses pengetikan, ditunggu aja ya 😀

  11. Hah? Ternyata udah dipublish sejak 2 hari yg lalu. Aku telat huweee 😥 alhamdulillah juga gak diprotect 🙂
    ternyata sudah end ya, dan ternyata tebakanku bener, luhan first love nya yoona. Endingnya gak terduga, yoonhun bersatu lagi 😀
    fighting eon, ff i can’t dan yg lain jangan lupa dilanjutin hehe 😀

    1. iya hihihihi^^ oke deh ff I can’t dalam proses pengetikan, ditunggu aja ya saeng 😀

  12. Daebak. Keren banget thor 😀

  13. uwahh eon, lagi-lagi aku talat #kudet-_-
    wah FFnya daebak 😀
    bener banget tuh cinta pertama belum tentu cinta sejati..
    *poor Yoong,
    dia dikerjain, krishunhan jail banget siehh,
    syukur sehun gak jadi pergi…
    ayo eon, dilanjut semua FFnya..
    ^semangat^keep.writing^

    1. oke hehe makasih ya saeng^^

  14. Yoongkumaseororo Avatar
    Yoongkumaseororo

    Owww…
    Ujung2nya ma Sehun jg…
    Kirain bakal LuYoon…
    Ddaebak lah pokoknya…

    1. hehehe aku lebih ngeship yoonhun sih .-. wiih makasih :3

  15. aku baru.baca ‘-‘ ahh keren aku suka

    1. makasih saeng hihihi ^^

  16. wa……Lucyu bgt ending nya….
    yg psti cerita nya keren….

  17. HUAAAAA SWEET BANGET SUMPAAHHHH♡♡

    1. hihihihihi iyaaaaa ;33

  18. OH MY GOD !! Daebakkk keren thor suka bangettt yes happy ending hehe

    1. hahahahaa iyadummmssss :3 makasiiih yaaaa^^

  19. Ni Luh Putu Ismayanti Avatar
    Ni Luh Putu Ismayanti

    jdi nanti ny yoona eonni jdi milik siapa,.??
    luhan oppa apa sehun oppa,.??
    ohh iya ff ny bgus .. 🙂

    1. I don’t know :p lol. Thanks dear! 🙂 ❤

  20. aahhh…
    so sweet…

    sequel boleh dong eonniiii?

    1. Huwaaaahh I don’t think so:( thanks for your comment:-) ❤

  21. yoonasehunbiased Avatar
    yoonasehunbiased

    thooorrrrrr!!! *teriak pake toa* sumpah keren bgt ffnya!!!! udah gtu pjg lg jdnya bacany juga puaaasssss bgt!!!!:-):-) thanks banget buat thor. bangga deh punya author ff yoongexo (terutama yoonhun shipper) yg ff nya keren sema! fighting author hwang ahra! you are the best ☆☆☆

    1. Thanks :’)))) love you!!! Hehehe ❤

  22. Yoonhun yes

Leave a comment